Intisari-Online.com -Seorang remaja Palestina berusia 17 tahun tewas ditembak oleh seorang warga negara Inggris yang kerap dijuluki 'Zionis sejati'.
Warga negara Inggris ini memang secara resmi bekerja sebagai tentara alias pasukan keamanan bagi Israel.
Namun, meski dianggap sebagai pasukan asing, WN Inggris bersama warga negara lain yang bergabung dengan militer Israel ini malah dianggap istimewa.
Nahasnya, terkadang mereka membunuh warga Palestina dengan alasan yang sangat tidak masuk akal bahkan dianggap melanggar hukum internasional.
Semua berawal ketika seorang remaja Palestina bernama Attallah Mohammad Harb Rayan sedang berada dipersimpangan dekat pemukiman Barkan dekat wilayah Barat yang diduduki, pada Selasa (26/1/2021).
Pasukan Israel yang bertugas di sekitar lokasi tersebut merasaAttallah mengancam keamanan mereka.
Hal ini dipicu oleh dugaan bahwa remaja tersebut membawa pisau, yang diduga akan digunakan untuk menyerang seorang tentara.
Namun, meski sebatas dugaan dan belum ada tindakan yang mengancam,Attallah ditembak oleh seorang pasukan Israel yang merupakan warga negara Inggris.
Mengutip radio tentara Israel, Defense for Children International - Palestine (DCIP), sebuah organisasi non-pemerintah independen yang dibentuk untuk memantau pelanggaran hak asasi manusia Israel terhadap anak-anak Palestina, mengatakan bahwa pasukan pendudukan menembak Attallah.
Attallah sendiri diketahui baru saja menyelesaikan ujian ilmu komputer, yang terlihat melalui kertas ujian yang kemudian beredar di media setempat.
Direktur Program Akuntabilitas di DCIP, Ayed Abu Eqtaish, mengatakan: "Pasukan Israel sering menggunakan kekuatan mematikan dalam keadaan yang tidak dibenarkan oleh hukum internasional," seperti dilansirMiddle East Monitor.
Menurutnya, anak-anak yang dicurigai melakukan tindakan kriminal harus ditangkap sesuai dengan hukum internasional, bukannya diberi tindakan agresif berupa penembakan yang mematikan.
Di bawah hukum internasional, kekuatan mematikan yang disengaja hanya dibenarkan dalam keadaan di mana terdapat ancaman langsung terhadap nyawa atau cedera serius.
Namun, investigasi dan bukti yang dikumpulkan oleh DCIP secara teratur menunjukkan bahwa pasukan Israel menggunakan kekuatan mematikan terhadap anak-anak Palestina dalam keadaan yang tidak berbahaya.
Pembunuh Attallah diidentifikasi sebagai seorang wanita Inggris bernama Lian Harush.
Pria berusia 22 tahun itu melakukan perjalanan sendirian dari Inggris untuk bertugas sebagai "tentara tunggal" di wilayah pendudukan Israel.
Sebanyak 6.000 tentara dengan kewarganegaraan ganda termasuk dalam program kontroversial tersebut.
Presiden Israel Reuven Rivlin menyebut mereka "Zionis sejati", sementara Ketua Badan Yahudi Isaac Herzog menggambarkan mereka sebagai "contoh nyata tentang Zionisme."
Perekrutan mereka juga menjadi penyebab kontroversi. Sebuah laporan Al Jazeera menemukan bahwa organisasi radikal sayap kanan di Eropa merekrut warga negara barat untuk bertugas di tentara Israel.
Banyak dari pejuang asing ini ambil bagian dalam perang Gaza 2014.
Organisasi yang terkait dengan tentara Israel dikatakan bermunculan di seluruh Eropadi mana mereka membuka sebuah program perekrutan sukarela.
Organisasi yang mengkhususkan diri dalam membawa seseorang ke Israel mengoperasikan cabang di kota-kota besar Eropa, termasuk London, untuk memberikan pengalaman militer dan juga kesempatan untuk mengambil bagian dalam pertempuran formal.
Menurut Jerusalem Post, setelah menembak mati Attallah, Harush menelepon orangtuanya di London dari tempat kejadian untuk menginformasikan mereka tentang serangan itu dan memberi tahu mereka bahwa dia baik-baik saja.
Pada 2020, pasukan Israel membunuh sembilan anak Palestina di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza, enam di antaranya dibunuh dengan peluru tajam, menurut dokumentasi yang dikumpulkan dengan DCIP.
SementaraAttallah adalah anak Palestina pertama yang dibunuh oleh pasukan Israel pada tahun 2021.
Seperti dalam banyak kasus sebelumnya di mana seorang tersangka penyerang Palestina terbunuh, tidak ada tentara atau warga sipil Israel yang terluka.