Kian Hari, Perawan dan Perjaka di Jepang Kian Bertambah Banyak, Negeri Sakura pun Kian Suram Berbicara tentang Masa Depan

Ade S

Penulis

Kian Hari, Perawan dan Perjaka Kian Bertambah Banyak di Jepang, Negeri Sakura pun Kian Suram Berbicara tentang Masa Depan

Intisari-Online.com -Jika negara lain dipusingkan dengan semakin banyaknya jumlah penduduk, di Jepang masalah yang muncul justru sebaliknya.

Seperti kita ketahui, saat ini, hampir semua negara di seluruh dunia mengalami masalah serius dalam hal lonjakan jumlah penduduk.

Kondisi ini dianggap sebagai masalah karena berpengaruh terhadap banyak hal, seperti ketersediaan pangan dan papan, hingga lowongan pekerjaan.

Namun, tidak demikian dengan Jepang. Jumlah penduduk mereka justru mengalami penurunan.

Baca Juga: Bukannya Ogah, Dua desa di Jepang Ini Malah Rebutan Jadi Tempat Pembuangan 'Limbah Nuklir' yang Sangat Berbahaya Bagi Manusia, Apa Alasannya?

Populasi penduduk Jepang berdasarkan Daftar Penduduk Dasar pada 1 Januari 2019 tercatat 124.763.464 jiwa atau menurun selama 10 tahun berturut-turut.

Jumlah penurunan sekitar 430.000 orang, tertinggi sejak survei Kementerian Dalam Negeri Jepang dimulai.

Ya, di Jepang jumlah penduduknya bukan hanya tidak mengalami lonjakan, tapi juga mengalami penurunan.

Belakangan, salah satu sumber masalah dari kondisi ini mulai terlihat: jumlah perjaka dan perawan di Jepang meningkat pesat.

Baca Juga: Korea Utara Ternyata Gemar Culik Ribuan Orang dari 14 Negara Berbeda, Termasuk Nelayan, Tentara, dan Pelajar, untuk Apa?

Temuan yang didasarkan penelitian terbaru tentang pengalaman seksual pertama warga Jepang dianggap sebagai penjelasan terkait penurunan jumlah populasi masyarakat Jepang.

Studi tersebut menemukan bahwa orang dewasa di Jepang memiliki pengalaman seksual pertama mereka lebih lambat daripada warga di Amerika Serikat dan Inggris, menurut sebuah studi baru.

Dilansir dari CNN, pakar kesehatan masyarakat di Universitas Tokyo menemukan kurangnya pengalaman seksual di negara tersebut.

Baca Juga: Kepulauan Senkaku Jepang Diserang Dua Kapal China, Sudah Serangan Keempat Kalinya dalam Seminggu Ini Usai Nelayan Jepang Ketakutan Sebelumnya

Wanita berusia antara 18 tahun hingga 39 tahun yang tidak pernah melakukan hubungan seks meningkat menjadi 24,6% pada 2015 dari 21,7% pada 1992.

Sementara untuk pria pada rentang usia yang sama juga naik menjadi 25,8% pada 2015, dari 20% pada 1992.

"Kurang pengalaman seksual telah menjadi perhatian nasional di Jepang," kata Peter Ueda, seorang peneliti kesehatan masyarakat di Universitas Tokyo.

Baca Juga: Ramalan Jayabaya, 'Akurat' Memprediksi Penjajahan Belanda dan Jepang, Namun Picu Perdebatan Panjang tentang Jajaran Presiden Indonesia

"Tetapi laporan sebelumnya tidak memeriksa tren di berbagai kelompok umur dan latar belakang sosial ekonomi."

Sebagai perbandingan, survei dari Inggris, Amerika Serikat dan Australia menunjukkan hanya sekitar 1% hingga 5% orang dewasa berumur 30 tahunan yang tidak pernah melakukan hubungan seksual.

Laporan tersebut menemukan bahwa persentase pria yang berpenghasilan lebih rendah tetap tidak berpengalaman secara seksual dibandingkan dengan wanita.

Baca Juga: Beginilah Pendudukan Jepang dan Perlakukan Tawanan Perang di Kamp Konsentrasi, dari Penyiksaan Hingga Gizi Buruk dan Kerja Paksa untuk Proyek Militer Jepang

"Meskipun diskusi seputar sebab dan akibat menjadi sangat kompleks ketika mempertimbangkan siapa yang berpengalaman secara seksual dan yang tetap perawan, kami mendapati bahwa kurangnya pengalaman heteroseksual setidaknya dipengaruhi oleh masalah sosial-ekonomi kaum pria," kata Cyrus Ghaznavi, penulis utama dari penelitian tersebut.

"Sederhananya, ini soal uang."

Masalah angka kelahiran menjadi hal penting di Jepang karena populasinya yang menua dengan cepat.

Baca Juga: Hiroo Onoda, Prajurit Jepang yang Pantang Menyerah Meski Perang Dunia II Telah Usai Hampir 3 Dekade, Sampai Pimpinannya Harus Datang Langsung Menjemputnya

Di Jepang, lebih dari 20% populasinya berusia di atas 65 tahun. Sementara hanya ada 946.060 kelahiran pada tahun 2017.

Catatan tersebut menjadi rekor terendah sejak pencatatan resmi dimulai pada tahun 1899.

Kukhee Choo, seorang profesor studi media di Sophia University di Tokyo mengatakan penurunan tersebut berarti bahwa kelompok usia produktif yang terus menyusut harus mendukung populasi yang semakin tua dan membutuhkan perawatan kesehatan serta pensiun.

Choo menambahkan bahwa sorotan tentang ketidakberdayaan seksual adalah bagian dari agenda domestik untuk memperbaiki penurunan populasi.

(Nakita.ID)

Baca Juga: Kisah Kekonyolan Sekutu di Pulau Kiska, Kala 300 Tentara Amerika dan Kanada Tewas dan Terluka Parah Padahal Hanya Menyerang Pulau Kosong

Artikel Terkait