Find Us On Social Media :

Pasien Covid-19 Disebutkan Diminta Bayar Obat Rp 229 Juta, Apakah Pasien Cirus Corona Ditanggung Pemerintah?

By Muflika Nur Fuaddah, Rabu, 27 Januari 2021 | 13:06 WIB

Covid hari ini

Intisari-Online.com - LaporCovid-19 telah menerima beberapa laporan dari keluarga pasien Covid-19 yang harus membeli obat tertentu sendiri karena BPJS tidak menjaminnya.

Beberapa obat ini termasuk Acttempra, Gammaraas atau IVIG, yang harganya bisa mencapai beberapa miliar rupee.

Ada juga laporan bahwa warga harus membeli atau menyewa ventilator untuk keluarga yang sedang diperiksa.

Menurut laporan yang diterima LaporCovid-19 pada 10 Januari 2021, terdapat sebuah keluarga yang harus berkeliling untuk mencari ventilator, karena pihak RS swasta di Jakarta Pusat kehabisan ventilator.

Baca Juga: Penyergapan Komunis Sangat Sulit Dilawan, Ini Alasan Mengapa Vietnam Utara Begitu Mematikan dalam Pertempuran di Hutan

Pasien adalah seorang laki-laki yang dirawat karena Covid-19.

Setelah mencari, akhirnya ditemukan persewaan ventilator seharga Rp 30 juta per bulan.

Selain itu keluarga tersebut juga diminta membeli obat gammaraas dan privigen seharga Rp 229 juta.

Kisah lainnya, terdapat pasien Covid-19 yang disebutkan masuk ke IGD isolasi sebuah rumah sakit, lalu diberikan tindakan pemasangan ventilator, karena kondisi pasien sudah buruk.

Baca Juga: Sungguh Pilu! Harus Tinggalkan Gedung Putih karena Tak Lagi Menjabat Presiden, Bermaksud Pulang Kampung, Donald Trump Malahan Disambut dengan Spanduk Bertuliskan Tak Mengenakkan Ini!

Pihak rumah sakit tersebut lantas menyarankan untuk diberikan obat suntik seharga Rp 47,5 juta untuk sehari penyuntikan.

Obat itu diberikan selama 5 hari.

Diketahui, LaporCovid-19 merupakan sebuah wadah laporan warga (citizen reporting) yang digunakan sebagai tempat berbagi informasi mengenai angka kejadian terkait Covid-19 yang selama ini luput dari jangkauan pemerintah.

Lantas apakah pasien Covid-19 ditanggung pemerintah?

Baca Juga: Sungguh Pilu! Harus Tinggalkan Gedung Putih karena Tak Lagi Menjabat Presiden, Bermaksud Pulang Kampung, Donald Trump Malahan Disambut dengan Spanduk Bertuliskan Tak Mengenakkan Ini!

Sesuai permenkes, RS yang memberikan pelayanan Covid-19 ditanggung pemerintah.

Melansir laman Kementerian Kesehatan, 19 Januari 2021, Menteri Kesehatan RI telah menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) RI nomor HK.01/07/MENKES/446/2020 tentang Petunjuk Teknis Klaim Penggantian Biaya Pelayanan Pasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu Bagi Rumah Sakit yang Menyelenggarakan Pelayanan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Keputusan Menteri Kesehatan tersebut merupakan penyempurnaan dari KMK sebelumnya nomor HK.01/07/MENKES/238/2020.

Disebutkan bahwa pembiayaan pasien yang dirawat dengan Penyakit Infeksi Emerging (PIE) Tertentu termasuk infeksi Covid-19 dapat diklaim ke Kementerian Kesehatan melalui Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan.

Baca Juga: Pulau Bajak Laut, Madagaskar 'Sembunyikan' Lokasi Kuburan Bajak Laut dan Perompak Jahat Dunia, Dianggap Simpan Harta Karun

Klaim pembiayaan ini berlaku bagi pasien yang dirawat di rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu.

Adapun kriteria pasien yang dapat mengklaim biaya pelayanannya adalah:

Pasien rawat jalan

1. Pasien suspek dengan atau tanpa komorbid/penyakit penyerta.

Baca Juga: Kisah Misteri Tak Terpecahkan Hilangnya Tiga Penjaga Mercusuar di Pulau Flannan; Sejarah Maritim Skotlandia yang Membingungkan

Untuk mengklaim, pasien dapat melampirkan bukti pemeriksaan laboratorium darah rutin dan x-ray foto thorax.

Bukti x-ray foto thorax dikecualikan bagi ibu hamil dan pasien dengan kondisi medis tertentu yaitu kondisi tidak dapat dilakukan pemeriksaan x-ray foto thorax seperti pasien gangguan jiwa, gaduh gelisah, yang dibuktikan dengan surat keterangan dari DPJP.

2. Pasien konfirmasi Covid-19 dengan atau tanpa komorbid/penyakit penyerta Caranya dengan melampirkan bukti hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR dari rumah sakit atau dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Pasien rawat inap

Baca Juga: Apakah Angkatan Darat China Dikacaukan oleh Kendaraan Militernya Sendiri yang Jelek? Rumor Sebut Kendaraan Dongfeng Gagal Lindungi Tentara China

Kriteria pasien rawat inap adalah sebagai berikut:

1. Pasien suspek dengan usia lebih dari sama dengan 60 tahun dengan atau tanpa komorbid/penyakit penyerta, pasien usia kurang dari 60 (enam puluh) tahun dengan komorbid/penyakit penyerta, dan pasien ISPA berat/peneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

2. Pasien probable

3. Pasien konfirmasi

Terdiri atas pasien konfirmasi tanpa gejala; pasien konfirmasi tanpa gejala dengan komorbid/penyakit penyerta; pasien konfirmasi dengan gejala ringan, sedang, berat/kritis; dan pasien suspek/probable/konfirmasi dengan co-insidens.

Baca Juga: Remaja 14 Tahun Ini Harus Berbohong Soal Umur Agar Bisa Mendaftar Ikut Bertempur dalam Perang Dunia Kedua

Bagi pasien konfirmasi tanpa gejala adalah yang tidak memiliki fasilitas untuk isolasi mandiri di tempat tinggal atau fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah.

Ini dibuktikan dengan surat keterangan dari kepala Puskesmas.

Untuk pasien rawat inap WNI diharapkan menunjukkan identitas pasien dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK), Kartu Keluarga, atau surat keterangan dari kelurahan.

Baca Juga: Ibu dan Anaknya Ini Temukan Sesuatu yang Mirip Fosil, Tiba-tiba Meledak di Wastafel Dapur, Rupanya Ini Sisa-sisa Perang Dunia Kedua

Bagi orang terlantar menggunakan surat keterangan dari dinas sosial.

Apabila semua identitas tersebut tidak dapat ditunjukan, maka bukti identitas dapat menggunakan surat keterangan data pasien yang ditandatangani oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan diberi stempel dinas kesehatan kabupaten/kota.

Surat keterangan data pasien dari dinas kesehatan kabupaten/kota diajukan oleh rumah sakit kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

Apabila semua identitas tidak dapat ditunjukan, maka bukti identitas dapat menggunakan Surat Keterangan/Surat Jaminan Pelayanan (SJP) dari pimpinan rumah sakit.

Baca Juga: Veteran Perang Arab-Israel 1967 Ini Klaim Bahwa Israel Adalah Penghasur Perang: 'Israel Adalah Makhluk Tentara'

Rumah sakit yang dapat melakukan klaim biaya penanganan Covid-19 adalah rumah sakit rujukan penanggulangan penyakit infeksi emerging tertentu, dan rumah sakit lain yang memiliki fasilitas untuk melakukan penatalaksanaan dan pelayanan kesehatan rujukan pasien (Covid-19) termasuk rumah sakit lapangan/rumah sakit darurat.

Pelayanan yang dapat dibiayai dalam penanganan pasien Covid-19 antara lain:

1. administrasi pelayanan

2. akomodasi (kamar dan pelayanan di ruang gawat darurat, ruang rawat inap, ruang perawatan intensif, dan ruang isolasi)

3. jasa dokter

4. tindakan di ruangan

5. pemakaian ventilator

6. pemeriksaan penunjang diagnostik (laboratorium dan radiologi sesuai dengan indikasi medis)

7. bahan medis habis pakai

8. obat-obatan

9. alat kesehatan termasuk penggunaan APD di ruangan ambulans rujukan

10. pemulasaraan jenazah

11. pelayanan kesehatan lain sesuai indikasi medis.

Baca Juga: Lengkap dengan Meriam, China Pamerkan Jet Tempur Siluman FC-31 Buatan Sendiri, dengan Jangkauan Lebih dari 2.000 km dan Kecepatan 2.200 Km per Jam

Untuk mendiagnosis infeksi covid-19 dokter akan mengawali dengan anamnesis atau wawancara medis.

Di sini dokter akan menanyakan seputar gejala atau keluhan yang dialami pasien. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah untuk membantu menegakkan diagnosis.

Dokter mungkin juga akan melakukan tes dahak, mengambil sampel dari tenggorokan, atau spesimen pernapasan lainnya. 

Untuk kasus yang diduga infeksi novel coronavirus, dokter akan melakukan swab tenggorokan, DPL, fungsi hepar, fungsi ginjal, dan PCT/CRP.

(*)