Find Us On Social Media :

Sisa Jabatan Tinggal Beberapa Hari, Trump 'Bersemangat' Lanjutkan Eksekusi Mati Narapidana

By Tatik Ariyani, Minggu, 17 Januari 2021 | 07:30 WIB

Donald Trump.

Intisari-Online.com - Tanggal 20 Januari mendatang, Joe Biden akan dilantik menjadi Presiden AS menggantikan Donald Trump.

Namun dalam sisa jabatan yang tinggal beberapa hari ini, Trump masih saja melakukan hal-hal yang mengejutkan seperti memberikan sanksi pada Iran dan melanjutkan eksekusi.

Jumat (22/1/2021), pemerintahan Trump akan mengeksekusi narapidana federal ke-13 dan terakhir.

Putusan ini menepis klaim tidak bersalah dan diagnosis virus corona baru-baru ini, yang sebelumnya diharapkan akan mengakhiri catatan eksekusi yang memecahkan rekor di Amerika Serikat.

Baca Juga: Star Syndrome Kian Tumbuh Seiring Penggunaan Media Sosial, Begini Kiat Mengatasinya

Melansir NY Daily News pada Jumat (15/1/2021), Jika tidak ada tindakan pada menit-menit terakhir oleh Mahkamah Agung, Dustin Higgs akan dihukum mati minggu depan.

Eksekusi pada pria berusia 48 tahun itu akan dilakukan Jumat malam di Kompleks Pemasyarakatan Federal di Indiana.

Dia akan menjadi narapidana federal ketiga yang dihukum mati dalam seminggu terakhir, setelah eksekusi Corey Johnson pada Kamis malam (14/1/2021) dan Lisa Montgomery Rabu pagi (13/1/2021).

Higgs dijatuhi hukuman mati pada 2000, karena penculikan dan pembunuhan tiga wanita, yaitu Tamika Black (19 tahun), Tanji Jackson (21 tahun), dan Mishann Chinn (23 tahun).

Baca Juga: Menjadi Pasukan Khusus Terbaik di Dunia, Kematangan Taktik Tempur SAS Inggris Tak Lepas dari Pengalamannya Terjun di Belantara Kalimantan Hadapi Pasukan Indonesia Ini

Jaksa penuntut mengatakan mantan penduduk Maryland itu, memerintahkan seorang teman membunuh para korban pada Januari 1996. Alasannya karena salah satu dari mereka telah menolak rayuan seksualnya.

Narapidana itu bersikeras sampai hari ini bahwa dia tidak bersalah, dan tidak pernah menyuruh rekan terdakwa membunuh para wanita itu.

"Saya saat ini duduk di “hukuman kematian” untuk kejahatan yang tidak saya lakukan!" katanya dalam sebuah pernyataan yang diunggah di situs website yang dibuat oleh para pendukungnya.

"Saya bertanya-tanya apakah itu karena saya tidak berteriak cukup keras, atau apakah karena ketidakadilan hukum, sehingga membunuh atas kejahatan yang tidak saya perbuat sama sekali tidak penting."

Pria yang menembak mati ketiga korban itu tidak dihukum mati.

Eksekusi Higgs yang dijadwalkan sempat dihentikan minggu ini karena dia positif Covid-19.

Pengacaranya dan Johnson, yang juga tertular virus tersebut, berpendapat suntikan mematikan yang digunakan oleh Departemen Kehakiman akan menyebabkan cairan mengalir ke paru-paru mereka yang rusak.

Baca Juga: Padahal Uji Klinis Fase III Belum Selesai, Namun Vaksin Sinovac Boleh Digunakan, BPOM Beri Penjelasan

Hal itu disebut bisa memicu sensasi tenggelam, yang pada dasarnya merupakan penyiksaan.

Penundaan eksekusi kemudian dikosongkan, dan Mahkamah Agung menolak banding saat menit-menit terakhir pada Kamis malam (14/1/2021).

Seorang wartawan Associated Press yang menyaksikan eksekusi Johnson mengatakan tidak ada tanda-tanda yang jelas bahwa dia pernah mengalami kesakitan.

Eksekusi federal minggu ini adalah bagian dari persaingan kontroversial Departemen Kehakiman untuk mengeksekusi tahanan federal, Joe Biden yang menolak hukuman mati dilantik minggu depan.

Pemerintahan Trump telah mengeksekusi tahanan federal terbanyak dibandingkan presiden mana pun sejak Franklin Roosevelt.

Proses itu dilakukan hanya dalam tujuh bulan, bukan delapan tahun.

Mantan Jaksa Agung Bill Barr melanjutkan praktik tersebut pada Juli setelah berhenti dijalankan selama 17 tahun.

Jumlah narapidana yang dihukum mati oleh pemerintahan Trump sudah lebih tinggi dari gabungan enam dekade sebelumnya.

Baca Juga: Mulai dari Pesawat Tercanggih Hingga Dihapus dari Daftar Hitam, Ini 'Keuntungan' yang Didapat Negara-negara yang Akui Israel

Otoritas federal mengatakan Higgs sudah melewati masa hukumnya sejak lama.

Hukumannya dan sembilan hukuman mati lainnya diputuskan dalam banding sekitar 17 tahun lalu.

Sebuah petisi online yang mengklaim bahwa Higgs dijatuhi hukuman yang salah telah menarik hampir 1,8 juta tanda tangan.

Bahkan, Trump disebut sudah menyiapkan " daftar eksekusi" jika dia menang kembali dalam Pilpres AS.

Daftar itu di antaranya memuat nama Direktur Biro Penyelidik Federal ( FBI) Christopher Wray, Direktur Badan Intelijen Pusat ( CIA) Gina Haspel.

Kemudian Menteri Pertahanan Mark Esper tak luput dari list orang-orang yang hendak dia singkirkan jika dia kembali menjadi presiden.