Penulis
Intisari-online.com -Serangan teroris telah meningkat di Eropa selama satu bulan terakhir ini.
Berawal dari pemenggalan seorang guru sejarah, Samuel Paty, setelah ia berani tunjukkan karikatur Nabi Muhammad buatan majalah satir Charlie Hebdo.
Presiden Perancis Emmanuel Macron layangkan sikap tegas, menyebut separatisme Islam sebagai dalang kejadian ini.
Ia tidak senang dengan cara Muslim Eropa yang tidak menghargai hak kebebasan berpendapat di negaranya.
Perancis memang salah satu negara yang terlalu ekstrim dalam mengedepankan sekulerisme mereka.
Hal tersebut akhirnya menjadi senjata makan tuan karena banyak pihak-pihak agama yang tidak terima adanya penistaan atas agama mereka.
Sejak kejadian pemenggalan guru sejarah tersebut ditambah dengan sikap Macron, serangan teroris semakin menjadi-jadi.
Perancis alami serangan di depan gereja di Nice, yang tewaskan tiga orang.
Namun, sepertinya kali ini kondisi makin tidak terkendali.
Buktinya adalah dari meningkatnya serangan yang terjadi tidak hanya di Perancis, tapi juga meluas ke negara lain.
Seperti dilansir dari CNN, terjadi serangan penembakan di Vienna, Austria, pada 3 November kemarin.
Kanselir Austria Sebastian Kurz mengatakan kepada CNN jika negaranya tidak hanya mencari cara melawan teroris.
Namun ia ingin membabat habis ideologi di balik teroris.
Serangan tersebut menewaskan setidaknya 4 orang dan 22 orang mengalami cidera.
Salah satunya adalah petugas polisi yang akhirnya bisa mendapatkan kondisi stabil setelah jalani operasi.
Serangan tersebut sangat terkoordinasi, dengan dilakukan di 6 lokasi di seluruh ibukota Austria.
Menurut Kanselir Kurz, ada satu pria bersenjata api dan "kemungkinan dia sendirian".
Pihak berwenang sebelumnya takut jika dalang dari serangan itu tidak bertindak sendirian dan ada pria bersenjata lain mengintai aksi tersebut.
14 warga ditahan
Kurz mengatakan situasi telah terkendali, tapi agar lebih terkendali lagi, otoritas Austria sedang mencari siapa saja yang mendukung serangan tersebut.
"Selama 24 jam terakhir, kami menahan 14 orang," papar Kurz.
"Kini kami akan mencari tahu lebih dalam jika ia bagian dari jaringan lebih luas atau tidak."
Pendukung ISIS
Kurz mengkonfirmasi jika penembak tersebut lahir di Austria.
Ia juga sebutkan jika sosok itu memiliki keluarga dari Makedonia Utara.
"Yang kita tahu adalah ia merupakan pendukung dari ISIS."
ISIS sendiri telah mengklaim tanggung jawab atas serangan Selasa lalu.
Mereka menyebut sosok penembak bernama Abu Dujana Al-Albany dan mengklaim jika ia menggunakan dua senjata.
Satu senjata merupakan senapan mesin, yang lainnya adalah pisau.
Informasi tersebut didapat dari pernyataan yang diunggah dalam aplikasi chat Telegram.
Pelaku sendiri telah diidentifikasi bernama Fejzulai Kujtim, pria berumur 20 tahun asal Austria dari kota St. Poelten.
Kota tersebut berada sejauh 33 mil sebelah barat Vienna.
Sebelumnya, Kujtim sudah ditahan penjara 22 bulan sejak 25 April 2019.
Hukuman tersebut ia dapatkan setelah mencoba bepergian ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Namun pada 5 Desember, ia dilepaskan.
Sementara itu polisi di Switzerland menahan dua warga Swiss yang memiliki kaitan dengan serangan pada Selasa malam.
Namun kaitan mereka dengan Kujtim tidak terkonfirmasi.
Serangan teror tersebut dimulai sejak 8 malam, berpusat di distrik belanja dan tempat makan sibuk dekat dengan sinagoga utama Vienna, Kuil Seitenstettengasse yang sedang tutup.
Sinagoga adalah tempat ibadah umat Yahudi.
Lima lokasi serangan lain adalah di Salzgries, Fleischmarkt, Bauernmarkt, Graben dan Morzinplatz yang berdekatan dengan Kuil tersebut.
Austria telah alami kegoncangan setelah banyak umat Muslim muda terpapar radikalisme dan mencoba untuk bergabung dengan ISIS di Suriah antara 2014 sampai 2017, sebelum ISIS akhirnya kolaps.
Memonitor para pembelot atau sosok-sosok yang disangka telah terpapar radikalisme merupakan tugas yang sulit, dengan penanganannya memerlukan sekitar 20 petugas.
Kurz sendiri mengkonfirmasi jika terorisme ini bukanlah pertarungan antara umat Kristen dengan Muslim atau Austria dan warga imigran.
Masih belum jelas apakah Kujtim ikut marah akibat karikatur Nabi Muhammad tersebut, tapi Kujtim sendiri sudah merupakan sosok yang radikal sejak beberapa tahun belakangan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini