Find Us On Social Media :

Omong Kosong Putin Sebut Sudah Musnahkan Novichok, Penyelidikan Ungkap Racun Saraf Ini Sudah Sampai di Tangan Unit-unit Pembunuh Rusia

By Mentari DP, Minggu, 25 Oktober 2020 | 17:10 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin.

Intisari-Online.com - Anda tahu soal Novichok?

Novichok merupakan nama sebuah racun dan berasal dari Rusia.

Racun Novichok dikembangkan pada era Uni Soviet dan disebut lebih kuat dari senjata kimia lainnya.

Bahkan dilaporkan bisa menembus masker gas dan pakaian pelindung sanking kuatnya.

Baca Juga: China Bisa Menyerang Negaranya Kapan Saja, Militer Australia Langsung Tingkatkan Kapal Selam dan Pasukan Darat, Tapi Negeri Kangguru Sulit Menang Karena Hal Ini

Tapi racun Novichok dilaporkan hanya beroperasi pada periode 1970 sampai 1990-an.

Pemerintah Rusia mengklaim bahwa mereka sudah tidak lagi menggunakan racun Novichok dan bahkan telah menghancurkan persediaannya.

Tetapi dilansir dari businessinsider.com pada Minggu (25/10/2020), diduga Rusia terus meneliti dan mengembangkan senjata kimia Novichok.

Racun saraf ini icurigai digunakan oleh agen Rusia dalam serangan tingkat tinggi, sebuah penyelidikan internasional mengatakan pada hari Jumat (23/10/2020).

Baca Juga: Bisa Mata-matai Negara Lain dari Jarak Ratusan Mil, 2 Pesawat AS Berhasil Kecoh Pangkalan Militer China Selama Berbulan-bulan, 'Itu Tipuan Lama Militer AS'

Ada dugaan bahwa agen saraf Novichok digunakan melawan mantan mata-mata Sergei Skripal dan putrinya di Inggris pada 2018 dan, pada Agustus 2020 untuk melawan pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny.

Tentu saja Rusia membantah tuduhan bahwa mereka berada di balik serangan itu.

Mereka beralasan bahwa mereka tidak memiliki program senjata kimia itu lagi.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim pada 2017 bahwa Rusia telah menghancurkan cadangan senjata kimianya.

Tetapi penyelidikan selama setahun yang dilakukan oleh Bellingcat, bekerja sama dengan The Insider Rusia, Der Spiegel dari Jerman, dan RFE / RL yang didanai AS, menyimpulkan berbeda.

Ditemukan bahwa ilmuwan militer Rusia terlibat dalam program Novichok asli melanjutkan pekerjaan mereka di lembaga penelitian sipil.

Smentara ilmuwan lain menyamarkan pekerjaan mereka di dalam Kementerian Pertahanan Rusia sebagai penelitian racun organofosfat, di mana Novichok merupakan bagiannya.

Penyelidikan Bellingcat menemukan bahwa sejak 2010, Institut Negara Bagian St. Petersburg untuk Pengobatan Militer Eksperimental Kementerian Pertahanan, kemungkinan dengan bantuan dari Pusat Sinyal Ilmiah, telah memimpin upaya berkelanjutan Rusia untuk meneliti, mengembangkan, dan mempersenjatai Novichok.

Di mana Novichok memblokir pemancar saraf. dan dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian karena gagal jantung atau mati lemas.

Institut tersebut ditemukan bekerja sama dengan Institut Eksperimental Pusat ke-33 untuk Riset Ilmiah Kementerian Pertahanan, yang menurut catatan investigasi Bellingcat sebelumnya terlibat dalam pekerjaan program senjata kimia Rusia.

Baca Juga: Diincar FBI Karena Jadi Salah Satu Teroris Paling Dicari di Dunia, Pasukan Khusus Afghanistan Berhasil Bunuh Abu Muhsin al-Masri, Orang Terkuat Kedua di Al Qaeda

Mereka juga dilaporkan bekerja dengan Institut Ilmiah untuk Kimia dan Teknologi Organik, yang dikatakan telah mengawasi penghancuran cadangan senjata kimia Rusia.

Lebih lanjut, investigasi menemukan koordinasi antara dua lembaga penelitian dan sub unit Military Unit 29155, sebuah dugaan operasi pembunuhan di dalam intelijen militer Rusia, GRU.

Seperti yang dilaporkan oleh Business Insider sebelumnya, Unit 29155 diduga terlibat dalam sejumlah operasi sensitif dan berbahaya.

Termasuk campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016, upaya pembunuhan di seluruh Eropa, dan pembayaran hadiah yang dilaporkan kepada militan Taliban yang menyerang pasukan AS di Afghanistan.

Seperti yang dicatat Bellingcat, pemerintah AS dan Eropa belum memberikan sanksi kepada Institut Kedokteran Militer Eksperimental St. Petersburg di Kementerian Pertahanan atau Sinyal Pusat Ilmiah.

Baca Juga: Ketika Virus Corona Merajalela di Seluruh Dunia, Justru Kasus Flu Turun Hingga 98%, Benarkah Jika Kita Terinfeksi 1 Virus, Kita Tak Bisa Terkena Virus Lainnya?