Intisari-Online.com - Ketika China mengklaim 80% wilayah Laut China Selatan sebagai teritorialnya, para analis sudah menyakini bahwa itu bisa merujuk pada suatu konflik besar.
Memang secara fakta militer China sangat kuat di Asia bahkan dunia.
Namun China melupakan fakta bahwa negara-negara yang berkonfliknya bersekutu dengan musuh besarnya, Amerika Serikat (AS).
Ditambah hubungan China dan AS memburuk setelah pandemi virus corona (Covid-19) menyebar ke seluruh dunia.
Nah, sepertinya ancaman konflik itu makin menyebabkan ketakutan.
Sebab, dilansir dari express.co.uk pada Minggu (25/10/2020), Prakarsa Penyelidikan Situasi Strategis Laut China Selatan (SCSPI) yang berbasis di China, mengklaim AS telah menerbangkan setidaknya 60 misi untuk memata-matai China.
Dan itu hanya terjadi pada bulan September 2020 saja.
Pada bulan Agustus 2020, organisasi tersebut mengatakan AS telah menggandakan penerbangan pengintaian semacam itu selama beberapa bulan sebelumnya.
Baru-baru ini, AS juga menyelesaikan kesepakatan senjata dengan Taiwan - negara kepulauan di kawasan Laut China Selatan yang memiliki hubungan tegang dengan China akibat perselisihan kedaulatan.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR