Penulis
Intisari-Online.com - Sebelum virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 menyerang, dunia sering ditakutkan soal penyakit flu.
Apalagiketika akan memasuki musim dingin.
Nah, kini setelah penyakit Covid-19 merajalela, bagaimana dengan penyakit flu? Apakah Covid-19 berhasil 'membunuhnya'?
Dilansir daridailymail.co.uk pada Minggu (25/10/2020), para ahli mengatakan bahwakasus influenza menukik hingga 98% di seluruh dunia.
Padahal dulu, merekamengkhawatirkan dua penyakit, flu dan Covid-19, bisamembunuh ribuan pada musim dingin ini.
Bahkan para peneliti sudah menamakan dua penyakit itu sebagai 'setan kembar'.
Sebab, layanan kesehatan melaporkan, flu telah membunuh sekitar 10.000 orang Inggris setiap tahun.
Buruknya itu terjadi ketika ada gelombang kedua Covid- 19 di negara tersebut.
Namun tiba-tiba, jumlah kasus flu menurun tajam. Bahkan seperti menghilang.
Kondisi itu mulai dirasakan sejak Covid-19 bergulir menjelang pada akhir bulan Maret kemarin.
Menurut dataOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO), pasien tidak secara rutin dites untuk flu, meskipun mereka dicurigai.
Dan kondisi ini menjadi tren yang merambat di seluruh dunia.
Di Belahan Bumi Selatan, biasanya musim flu terjadi selama bulan-bulan musim panas.
Tapi data WHO menunjukkan bahwa tidak pernah terjadi sama sekali.
Di Australia, hanya 14 kasus flu positif yang tercatat pada April, dibandingkan dengan 367 pada bulan yang sama pada 2019. Berarti ada penurunan 96 persen.
Pada bulan Juni, biasanya puncak musim flu, tapi kini tidak ada satu pun kasus.
Faktanya, Australia belum melaporkan kasus positif ke WHO sejak Juli lalu.
Di Chili, hanya 12 kasus flu yang terdeteksi antara April dan Oktober. Padahal dulu ada hampir 7.000 selama periode yang sama di 2019.
Dan di Afrika Selatan, tes pengawasan hanya menemukan dua kasus di awal musim, yang dengan cepat turun menjadi nol selama bulan berikutnya.
Secara keseluruhan, penurunan 99 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Di Inggris, musim flu baru saja dimulai.
Tetapi sejak Covid-19 mulai menyebar pada Maret, hanya 767 kasus yang dilaporkan ke WHO dibandingkan dengan hampir 7.000 dari Maret hingga Oktober tahun 2019 lalu.
Penelitian oleh Public Health England telah mengkonfirmasi hal ini.
Secara global, diperkirakan tingkat flu mungkin telah turun 98 persen dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu.
"Ini nyata," kata Dr David Strain, dosen klinis senior di Fakultas Kedokteran Universitas Exeter.
"Tidak diragukan lagi bahwa kita melihatkasus flu yang jauh lebih sedikit."
Jadi, ke mana perginya flu?
Ada teori yang menarik. Di mana menurut ahli mungkinkasus flu belum hilang sama sekali, tapi malah tercatat sebagai Covid-19.
Sebab terkadang tes Covid-19tidak dapat membedakan antara virus corona dan flu.
Tetapi teori ini tidak benar.
"Flu dan Covid-19 disebabkan oleh virus yang sangat berbeda, dan ini jelas terlihat di bawah mikroskop," kataDr Elisabetta Groppelli, ahli virologi dan dosen kesehatan global di St George's, University of London.
Sehingga tidak mungkin dokter atau ahli salah mengira salah satu virus.
Penjelasan menarik lainnya menunjukkan bahwa keberadaan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19 dan telah merajalela di seluruh dunia, entah bagaimana telah 'mengerumuni' virus flu.
Teori ini mendapat daya tarik di Twitter, dan ada beberapa dukungan ilmiah untuk fenomena tersebut.
Ketika seseorang terinfeksi dengan satu virus, mereka cenderung tidak terinfeksi oleh virus lain selama waktu itu karena sesuatu yang disebut 'gangguan virus'.
Tapi para ahli belum bisa mengonfirmasi teori di atas.
Wah, menarik bukan teori-teori di atas?
Bagaimana menurut Anda?