Sukses Besar Tangani Covid-19 dengan Masker Sampai Buat Negara Tetangga Iri, Negara Eropa Ini Justru Kewalahan Hadapi Gelombang Kedua Wabah Covid-19

May N

Penulis

Intisari-online.com -Eropa sedang menghadapi gelombang kedua virus Corona.

Salah satunya adalah negara yang dulunya sukses dalam hadapi gelombang pertama virus Corona ini.

Mengutip CNN, Republik Ceko kewalahan menghadapi gelombang kedua virus Corona.

Kasus harian negara itu melonjak, dengan lebih dari 11.100 kasus baru tercatat pada hari Jumat.

Baca Juga: Covid Hari Ini 20 Oktober 2020: Infeksi Corona di Dunia Mencapai 40,6 Juta, Belgia Alami 'Tsunami' Covid-19

Selama 17 hari pertama bulan Oktober, lebih banyak orang meninggal karena Covid-19 di Republik Ceko daripada total jumlah 8 bulan terakhir.

Dokter Ceko yang hidup di luar negeri telah diminta pulang untuk membantu melawan virus.

Dokter muda dan mahasiswa kedokteran serta orang-orang yang memiliki kemampuan medis juga telah didorong untuk maju hadapi virus ini.

Lebih dari 1000 suster terkualifikasi yang sudah pensiun ditawari pekerjaan lama mereka lagi.

Baca Juga: Puluhan PasienTak Kunjung Sembuh dari Covid-19 Walau Sudah Berbulan-bulan Terinfeksi, Ternyata Ini yang Terjadi pada Pasien Tersebut, Dokter: Sudah Menyebar ke Seluruh Tubuh

Untuk sekarang, rumah sakit Na Bulovce memiliki cukup banyak ranjang untuk semua orang.

Namun rumah sakit itu sedang siapkan kondisinya yang terburuk.

Banyak yang bisa mendapat ventilator tapi tidak sedikit juga yang harus berbaring menelungkup untuk bisa bernapas.

"Kami telah memiliki ranjang cadangan yang disiapkan di departemen lain kalau saja kapasitasnya sudah melebihi kemampuan kami menampungnya," ujar Dr. Hana Rohacova.

Baca Juga: Baru Juga Keluar dari Rumah Sakit, Trump Mengaku Dirinya Sudah Kebal dari Virus Corona dan Kini Punya 'Cahaya Pelindung'

Dr. Rohacova adalah kepala dokter di klinik penyakit infeksi RS tersebut.

Pada minggu ini, pemerintah juga telah siapkan rumah sakit sementara di Praha.

Menteri Kesehatan Ceko Dr. Roman Prymula mengatakan kepada CNN, ia harapkan ranjang ekstra akan segera diperlukan di akhir bulan ini.

Kondisi ini sungguh kontras, kurang dari dua bulan yang lalu, Perdana Menteri Ceko Andrej Babis menyombongkan penanganan Covid-19 di negaranya sebagai yang terbaik di dunia.

Baca Juga: Covid Hari Ini 19 Oktober 2020: Ketika Menkes Terawan Memilih Diam meski Diberi Kesempatan Berbicara, Hanya Berucap 'Sudah Cukup'

Gelombang pertama Republik Ceko hanya tampak sebagai 'pengantar' dibandingkan dengan kondisi saat ini.

Memang, Republik Ceko dulunya termasuk salah satu negara paling sukses di Eropa dalam penanganan penyebaran virus Corona.

Pemerintahan Babis bergerak cepat menutup perbatasan dan terapkan lockdown nasional.

Negara lain juga lakukan hal yang sama, tapi Ceko menambah standar mereka dengan mengharuskan semua orang keluar menggunakan masker, di semua tempat di luar rumah mereka.

Baca Juga: Bantu Tangani Pandemi, Reckitt Benckiser Indonesia Donasikan 800 Ribu Masker Medis Kepada Kemenkes

Analis data Ceko Petr Ludwing merupakan salah satu yang mendesak kewajiban penggunaan masker di pertengahan Maret lalu, berbulan-bulan sebelum otoritas kesehatan atau bahkan WHO merekomendasikannya.

Ludwig saat itu baru saja terbang dari New York ke Praha, dan ia satu-satunya orang di penerbangan itu yang menutup wajahnya dengan masker.

Saat ia sampai di rumah, ia mencari bukti ilmiah yang mendukung teorinya bahwa masker efektif mencegah penularan virus Corona.

Ia pun segera membuat video YouTube menjelaskan teori tersebut, video original berbahasa Ceko menarik lebih dari 600 ribu penonton dari negara yang jumlah penduduknya hanya 10 juta orang.

Baca Juga: Amerika Makin Runyam,10 Negara Bagian Catatkan Rekor Kasus Harian Covid-19 Tertinggi, TapiTrump TerusNgototKampanye danTetap Tidak Ada Peraturan Wajib Pakai Masker

Segera kemudian versi Inggris video tersebut dirilis dan telah ditonton lebih dari 5,7 juta kali.

Beberapa hari kemudian, Babis umumkan keharusan menggunakan masker.

Ludwig mengaku, "kami tidak meyakinkan pemerintah, kami yakinkan publik melalui media sosial dengan para influencers dan pemerintah kemudian mengikuti cara ini karena pemerintah kami sedikit populis. Mereka mengikuti opini publik."

Masker medis hanya terbatas saat itu, yang mengapa WHO tidak merekomendasikan penggunaannya saat itu.

Baca Juga: Gawat, WHO Sebut Kasus Kematian Akibat TBC di Indonesia Bisa Naik Drastis di Tahun Mendatang, Apa Sebabnya?

Dihadapkan dengan stok yang terbatas, ribuan warga Ceko segera membuat sendiri masker mereka dengan mesin jahit dan mendistribusikannya ke mana pun masker diperlukan.

Satu grup relawan membuat peta interaktif untuk mmbantu penyebaran lebih dari 600 ribu masker yang dibuat kebanyakan oleh relawan individual.

Perdana Menteri Babis kemudian menyombongkan hal tersebut dengan memberi saran kepada Presiden AS Donald Trump pada 29 Maret lewat Twitter, "coba hadapi virus dengan cara Ceko. Gunakan masker kain, turunkan penyebaran virus sampai 80%...Tuhan berkati Amerika!"

Sebagian besar warga Ceko patuhi aturan tersebut. Penanganannya tidak begitu populer dengan massa, tapi hal itu jelas efektif mengontrol penyebaran virus.

Baca Juga: 9 Hari Terjangkit Virus Corona, Kini Donald Trump Kembali Muncul di Depan Publik Tanpa Mengenakan Masker, Desak Ratusan Pendukungnya untuk Coblos Dirinya dan Klaim Siap Kampanye Lagi

Namun keberhasilan itu dengan cepat sirna karena kesombongan mereka sendiri.

Pada 30 Juni, Republik Ceko mencatat tidak ada lagi pasien baru Covid-19, dan di hari yang sama pesta jalanan di Praha diadakan untuk merayakan berakhirnya pandemi.

Masker bukan bagian dari dress code. Bioskop dibuka, restoran di dalam ruangan kembali dibuka, dan orang-orang sudah diperbolehkan untuk bepergian ke luar negeri.

Ceko berhasil mencapai kenormalan yang diirikan oleh orang-orang seluruh Eropa.

Ketika pemerintah mengangkat kewajiban menggunakan masker, banyak orang meninggalkan maskernya di rumah.

Baca Juga: Covid Hari Ini 6 Oktober 2020: Masker Tidak Mempengaruhi Paru-paru, dan Simak Panduan Baru CDC Virus Corona Bisa Bertahan dan Menyebar di Udara

Virus segera kembali. Bahkan, menteri kesehatan mencatat kemenangan negaranya termasuk prematur.

Hal ini karena menurut Dr. Prymula, mereka yang berargumen akan Covid-19 di negaranya bukan ahli epidemiologi dan virologi.

"Mereka berargumen bahwa, virus ini masih ada tapi sangat ringan," ujarnya.

Baca Juga: Perbatasan Ditutup Guna Cegah Covid-19 Buat Rakyat Kelaparan, Pejuang HAM di Korea Utara Meminta PBB Hapus Sanksi untuk Negara yang Tengah Krisis Tersebut

"Jadi mereka mendorong politikus untuk lewati penanganan yang ketat."

Agustus lalu, dengan jumlah kasus meningkat dan sekolah malah dibuka, epidemiologi top Rastislav Madar, yang juga menjadi koordinaotor penasihat virus Corona pemerintah, mengatakan pemerintah seharusnya terapkan lagi mandat masker yang dipaksa beberapa bulan sebelumnya.

Namun saat Adam Vojtech, mantan menteri kesehatan sebelumnya mengumumkan masker akan digunakan di ruang tertutup, Babis menolak.

Sehari berikutnya, Voltech menolak peraturan-peaturan baru, sebabkan Madar mengundurkan dirinya.

Baca Juga: Baru Sebentar Menjabat Jadi Perdana Menteri Malaysia Tapi Sudah Hendak Digulingkan, Begini Kata Muhyiddin Yassin

Ludwig menganggap keputusan Babis merupakan perhitungan politik populis.

"Saat gelombang pertama, pemerintah yakinkan orang-orang inginkan gunakan masker, sehingga mereka mendorongnya.

"Namun, karena mereka sekarang yakin tidak ada warga yang ingin menggunakan masker, hal itu dilarang."

Oktober awal juga ada pemilihan Senat Ceko, dan Ludwing mengatakan setelak pemilihan tersebut pemeirintah telah memaksa mereka gunakan masker, tapi hal itu terlambat karena sudah tumbuh menjadi kurva eksponensial.

Baca Juga:Cl

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait