Advertorial
Intisari-Online.com - Keberadaan Kim Jong-un selalu menjadi perhatian dunia ketika melihat Korea Utara.
Belakangan, berita hilangnya Kim Jong-un mendominasi, hingga rumor itu dipatahkan oleh kemunculannya kembali.
Namun, kini kecurigaan tentang Kim Jong-un yang 'bersembunyi' untuk mengamankan nyawanya diungkapkan para ahli Korea Utara, setelah meningkatnya keprihatinan di dalam negeri tentang berbagai ancaman terhadap hidup pemimpin itu.
Melansir Express.co.uk (3/9/2020), Sourabh Gupta, dari Institute for China-America Studies, membuat klaim bom setelah mengklaim bahwa Korea Utara 'dalam keadaan yang mengerikan' dan Kim Jong-un sedang berjuang untuk mempertahankan kendali.
Klaim tersebut menyusul spekulasi liar bulan lalu bahwa diktator Korea Utara itu sedang koma dan bahkan telah digantikan oleh saudara perempuannya Kim Yo-jong.
Namun saat itu, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan kemudian mengklarifikasi bahwa Kim mendelegasikan wewenang kepada saudara perempuannya setelah menderita 'tingkat stres yang tinggi'.
Gupta menjelaskan bahwa pemimpin Korea Utara bisa saja menghilang saat tengah dihadapkan pada kesulitan.
"Para pemimpin di Korea Utara bisa hilang ketika kesulitan sudah dekat. Mereka menurunkan palka dan bunker ke bawah," katanya.
Menurutnya, hal itu berkaitan dengan pandemi Covid-19 yang terjadi di negara pertapa.
“Ketika ada gelombang pertama COVID-19 pada April di Korea Utara, Kim menghilang begitu saja.
"Parlemen Korea Utara pada dasarnya tidak berfungsi dan dia absen untuk jangka waktu yang sangat lama," ujarnya.
Meski Kim Jong-un telah muncul kembali, Gupta meyakini bahwa Korea Utara masih menghadapi krisis karena berbagai hal mengerikan yang terjadi di sana, termasuk gelombang kedua Covid-19.
"Dia telah muncul kembali ya, tetapi seperti di Korea Selatan, di mana ada gelombang kedua COVID, saya sangat yakin bahwa gelombang COVID juga ada di Korea Utara," katanya.
"Ada juga angin topan besar yang datang, dan sanksi-sanksi sedang menggigit. Korea Utara berada dalam keadaan yang mengerikan," lanjutnya.
Berbagai situasi sulit itu datang bersamaan dan disebut membuat Kim Jong-un mengalami kesulitan menghadapinya.
"Semua kesulitan ini datang secara bersamaan untuk Kim dan dia mengalami kesulitan menghadapinya," katanya.
Dalam situasi tersebut, Kim Jong-un mendelegasikan tanggung jawab ke adik perempuannya, yang kini juga dirumorkan menghilang.
"Dia telah mencoba untuk mendelegasikan tanggung jawab untuknya, termasuk kepada saudara perempuannya, yang juga menghilang," katanya.
Hilangnya Kim Yo-jong, yang tidak terlihat sejak 27 Juli, juga menimbulkan pertanyaan.
Bahkan, spekulasi muncul bahwa konflik terjadi di antara keluarga ini, di mana Kim Yo-jong dianggap tampil berlebihan dan mengancam posisi Kim Jong-un.
Spekulasi itu dikaitkan dengan hilangnya adik perempuan Kim Jong-un.
Namun, Gupta meremehkan ketakutan akan konflik antara keduanya, dan tetap meyakini bahwa Kim Yo-jong tengah dipersiapkan sebagai pemimpin Korea Utara selanjutnya.
"Itu adalah cara tercepat untuk terbunuh di Korea Utara," katanya.
"Dia ingin mempertahankan garis keturunan kepemimpinan, oleh karena itu mengapa saudara perempuan lebih diprioritaskan daripada istrinya untuk tanggung jawab.
Terkait kondisi kacau di Korea Utara, terjadi karena dua topan kuat saat ini sedang meluncur menuju Semenanjung Korea.
Angin topan itu mengancam akan membawa lebih banyak banjir dan kehancuran setelah Topan Maysak membawa banjir ke Pyongyang dan kota-kota lain di Korea Utara.
Sementara itu, sejauh mana virus telah menyebar di Korea Utara masih belum diketahui, tetapi diketahui bahwa Korea Utara telah menutup perbatasannya dan menerapkan tindakan penguncian yang ketat.
Bahkan dilaporkan pekan lalu mengatakan bahwa tentara Korea Utara diperintahkan untuk menembak siapa pun yang terlihat dekat perbatasan dengan China.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini