Advertorial
Intisari-online.com -Korea Utara kembali gegerkan dunia setelah adanya laporan bahwa Kim Jong-Un bisa mengeksekusi mati adik perempuannya sekaligus calon penerusnya Kim Yo-Jong.
Laporan beredar menyatakan jika Kim Yo-Jong berpotensi sebagai ancaman bagi pemimpin Korut Kim Jong-Un.
Lebih-lebih, setelah Kim Yo-Jong sukses mengatasi urusan diplomasi dengan AS dan Korsel bulan lalu, membuatnya lebih mendominasi.
Hingga kemudian Kim Yo-Jong jarang diliput media dan keberadaannya tidak diketahui, kontras dengan kehadirannya yang mendominasi selama setahun ini.
Pemilihan pemimpin Korea Utara adalah hal yang cukup rumit, dan mengutip Express, AS telah terbukti menjadi sumber harapan dan kemarahan negara tersebut.
Pasalnya, AS bisa saja mengangkat sanksi PBB atas Korut di hari ini dan kemudian menggulingkan dinasti diktator tersebut.
Mengapa bisa demikian? Padahal Trump dikabarkan memiliki hubungan yang baik dengan Kim Jong-Un?
Para ahli peringatkan pergerakan apapun perlu diperhitungkan dengan baik untuk memastikan kemenangan yang bermartabat tanpa 'terlalu banyak darah'.
Dalam sebuah dokumen rahasia yang dipublikasi oleh Staf Gabungan Washington tahun 2017, Laksamana Michael Dumon mengatakan kepada rekannya Ted Lieu bahwa hanya ada 1 cara untuk menggulingkan dinasti keluarga Kim.
Ia terangkan: "satu-satunya cara untuk temukan dan hancurkan secara utuh semua komponen program senjata nuklir Korut adalah melalui serangan darat."
Artinya, tentara AS yang ditempatkan di Korsel bersama para tentara yang diterbangkan dari AS sendiri akan membombardir Korut dan membajak persenjataan nuklir negara tersebut.
Jika hal ini terdengar tidak asing bagi Anda, Anda tentu mengingat okupasi Irak oleh militer AS.
Berlangsung dari 2003-2011, AS mengirimkan tentaranya dalam jumlah yang besar ke teritori Irak, dimulai dengan invasi yang dipimpin AS ke negara tersebut pada Maret 2003 yang kemudian menggulingkan pemerintahan Partai Ba'ath, Saddam Hussein.
Invasi tersebut berakhir 8 tahun kemudian saat pasukan AS meninggalkan negara tersebut, meskipun kemudian Perang Irak memanas lagi tahun 2013.
Selain AS, ada juga tentara dari Inggris, Polandia, dan 29 negara lain serta ada juga berbagai macam bantuan dari Jepang dan negara-negara lainnya.
8 tahun itu merupakan periode kekerasan dan perputaran politik yang mempengaruhi politik Irak, karena okupasi militer tersebut pada April 2003 mendapatkan kekuasaan terbatas di Dewan Gubernur Irak.
Juni 2004, pemerintahan 'pengasuh' dibuah, yaitu Iraqi Interim Government.
Kemudian mengikuti pemilihan parlemen Januari 2005, administrasi ini digantikan oleh Pemerintah Transisi Irak pada Mei di tahun yang sama.
Meskipun tidak banyak hal sama terjadi dua kali dan mungkin Korut memiliki upaya berbeda daripada Irak untuk menjaga kedaulatan mereka, tapi AS bisa dengan mudah menginvasi dan menghancurkan suatu pemerintahan negara.
Meski begitu, keunggulan Korut ini mungkin perlu dipertimbangkan.
Disebutkan Korut memiliki rudal balistik yang bisa mencapai target jarak jauh, bahkan bisa mencapai daratan AS.
Mereka juga mengklaim telah kembangkan bom hidrogen dan bisa membawanya dalam rudal tersebut.
Sebuah studi sebutkan jika rudal Hwasong-14 adalah rudal paling mematikan, dapat mencapai jarak sejauh 10 ribu km maksimal, menjadikannya rudal balistik antar benua pertama Pyongyang, yang bisa mencapai New York.
Sedangkan untuk mencapai ketinggiannya, Hwasong-14 hanya bisa mencapai ketinggian 3000 km, meskipun penerusnya yaitu Hwasong-15 bisa mencapai 4500 km.
Sedangkan rudal Hwasong-12 yang diuji pada tahun 2017, bisa menjangkau jarak 4500 km, yang bisa digunakan menyerang pangkalan militer AS di Guam.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini