Penulis
Intisari-online.com -Konflik Armenia dan Azerbaijan atas wilayah Nagorno-Karabakh masih jauh dari selesai.
Mengutip The Strategist, pada 4 Oktober, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyem kirimkan sebuah pidato lewat televisi.
Pidato terkait konflik di Nagorno-Karabakh tersebut sebenarnya bersifat retorik, tapi juga tunjukkan pernyataan jelas atas sikap Baku.
Aliyev katakan sejumlah permintaan yang ia ajukan untuk mencapai perdamaian.
Baca Juga: 3 Hari Sudah Perang Berkobar, Mari Tilik Perbandingan Militer Azerbaijan Vs Armenia, Siapa Terkuat?
Ia mengutip kembali sebagian dari pidato dalam Sidang Umum PBB September lalu.
Salah satu yang dia sebutkan adalah penarikan prajurit Armenia dari Nagorno-Karabakh.
Ia meminta hal itu karena menurutnya Nagorno-Karabakh adalah wilayah milik Azerbaijan.
'Tentara Azerbaijan adalah penyelamat'
Lebih lanjut, Aliyev menyebut tentara Azerbaijan adalah penyelamat.
Menurutnya, mereka membebaskan tanah milik mereka dari para penjajah.
Serta, selayaknya pemilik tanah, tentara-tentara itu mengusir mereka (warga Armenia) untuk 'pergi lari seperti anjing'.
Baca Juga: Ikut Wamil Lawan Azerbaijan, Atlet Kebanggaan Armenia Ini Tewas Mengenaskan di Nagorno-Karabakh
Hal itu ciptakan kemarahan massal dari warga Armenia di wilayah yang diperebutkan itu.
Pernyataan Aliyev datang disesuaikan saat Azerbaijan tampaknya telah memenangkan situasi.
Selama akhir pekan kemarin, pasukan Azerbaijan telah berhasil mengamankan posisi mereka di 8 desa.
Sebelumnya, 8 desa tersebut berada di bawah kendali milisi Armenia.
Tidak hanya itu, pasukan Azerbaijan juga kirimkan serangan ke Stepanakert.
Stepanakert adalah ibu kota de fakto Nagorno-Karabakh.
Untuk membalasnya, etnis Artsakh Armenia, nama Armenia untuk Nagorno-Karabakh, siapkan serangan roket ke Ganja.
Ganja adalah kota terbesar kedua di Azerbaijan, dan serangan itu disiapkan oleh Tentara Pertahanan Artsakh.
'Hal yang tidak mungkin kami lakukan'
Ultimatum Aliyev tidak hanya tidak mungkin untuk dilakukan Armenia, tapi juga tunjukkan betapa buruk cara Azerbaijan tangani masalah ini.
Aliyev justru memilih pendekatan simpel berupa 'mengajak perang' untuk konflik yang telah mengalir di darah warga Azerbaijan dan Armenia.
Ia juga sama sekali tidak tawarkan resolusi yang jelas.
Perlu diketahui, populasi Armenia di Nagorno-Karabakh adalah populasi eksklusif.
Mereka merupakan masyarakat militer, dan keberadaan mereka bertujuan untuk mendukung militer Armenia.
Ada sekitar 150 ribu warga Nagorno-Karabakh, dan wilayah itu dijadikan pangkalan militer oleh Armenia.
Dari 150 ribu warga yang ada, ada 20 ribu bekerja sebagai bagian dari Tentara Pertahanan Artsakh.
Lebih banyak lagi menjadi bagian dari wajib militer atau veteran perang, dan punya akses yang mudah ke persenjataan.
Fakta lain lagi, Armenia telah anggarkan proporsi yang signifikan dari biaya belanja negara untuk mensubsidi Nagorno-Karabakh.
Tujuannya untuk mengamankan populasi Armenia, yang merupakan tujuan utama perjuangan mereka memperebutkan wilayah tersebut.
Karena itu, permintaan Baku jelas-jelas tidak bisa dilaksanakan oleh Yerevan.
Untuk mewujudkannya pun juga akan sebabkan Yerevan meninggalkan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh tanpa masa depan yang pasti.
Padahal, sudah pasti warga Armenia di tempat tersebut akan hadapi kekejaman pasukan Azerbaijan.
Presiden Aliyev jelas-jelas memainkan ketakutan Armenia dengan tingkatkan ancaman genosida kepada populasi Armenia di wilayah tersebut.
Bisa saja Azerbaijan kalah
Meskipun saat ini lebih unggul daripada Armenia, masih belum tentu apakah Azerbaijan dapat memanfaatkan keuntungan itu dan memaksa Armenia mundur tanpa secara dramatis meningkatkan operasi penyerangannya.
Di atas kertas, militer Azerbaijan tampaknya lebih unggul daripada Tentara Pertahanan Artsakh dan tentara Armenia.
Tahun 2017, biaya pertahanan Azerbaijan mencapai kira-kira 1,55 milyar Dolar Amerika, jauh lebih tinggi daripada biaya Armenia yang hanya 340 juta Dolar AS.
10 tahun terakhir, militer Azerbaijan telah gelontorkan dana 24 milyar Dolar AS untuk modernisasi senjata mereka, jauh lebih besar sebanyak 4 milyar Dolar AS yang dihabiskan Armenia dalam kisaran waktu yang sama.
Melihat hal itu, Azerbaijan mempertahankan superioritas di atas Armenia.
Namun, pasukan Armenia memiliki keuntungan lebih paham wilayah sengketa tersebut.
Mereka juga bisa lakukan strategi perang gerilya dan memanfaatkan lokasi gunung yang jauh lebih mereka kuasai.
Baca Juga: Pongah, India Yakin Dua Tank Tua Ini Bisa Kalahkan China Jika Mereka Perang
Menjelang musim dingin, Baku memiliki kesempatan kecil bisa kalahkan pasukan Artsakh yang sudah berpuluh-puluh tahun di sana.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini