Find Us On Social Media :

Kesaksian Salah Seorang Punggawa Keraton Agung Sejagat Mengaku Bergabung karena 'Panggilan Alam', Disebut Lokasi Bangunan Sebagai Bekas Keraton Majapahit

By Maymunah Nasution, Rabu, 15 Januari 2020 | 16:30 WIB

raja dan ratu Keraton Agung Sejagat

Intisari-online.com - Kehebohan melanda Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dengan munculnya Kerajaan Keraton Agung Sejagat (KAS) atau Kerajaan Agung Sejagat.

Salah seorang anggota atau yang disebut sebagai punggawa Kerajaan Agung Sejagat, mengungkapkan kisahnya masuk menjadi bagian dari keraton.

Puji mengaku bergabung dengan Kerajaan Agung Sejagat sejak 2015.

Dia bergabung karena adanya ajakan dari Sinuhun atau Totok Santoso Hadiningrat.

Baca Juga: Istri 'Minggat' Sebulan Lebih Karena Kenal Pria Lain, Suami Temukan Benda Aneh Berbau Klenik di Tumpukan Baju Suami Yaitu Tanah Kuburan

Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat menurutnya adalah trah Eyang Hanyokrokusumo.

Puji diajak oleh Sinuhun bersama dengan suaminya.

Dia bertugas seperti penyambut tamu, persis berada di depan pintu masuk keraton.

Sedangkan suaminya, bertugas di depan pintu gerbang keraton sekaligus mencatat daftar hadir para pengunjung.

Baca Juga: Jangan Langsung Dibuang Air Bekas Rebusan Mi Instan Ternyata Ada Khasiatnya Juga, Salah Satunya untuk Rambut Berkilau, Mau?

Ia mengungkapkan, anggota Kerajaan Agung Sejagat berasal dari berbagai daerah, di antaranya Purbalingga dan Wonosobo.

Tetapi banyak juga yang warga asli Purworejo.

Puji mengungkapkan, Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat kerap menguraikan sejarah.

"Nenek moyang saya menceritakan jika, akan ada istilahnya 'pasar ilang kumandange'dan percaya akan kedatangan Kaisar Sinuhun yang merupakan titisan keturunan eyang Majapahit," katanya dilansir dari Tribunjateng.com, Selasa (14/1/2020).

Baca Juga: Dijuluki Manusia Ular, Bocah Ini Ganti Kulit Sebulan Sekali dengan Kondisi yang Kering dan Bersisik, Sang Ayah: 'Hati Saya Hancur Setiap Hari Melihatnya'

Para punggawa termasuk juga Puji percaya jika dulunya daerah Pogung yang saat ini dijadikan keraton tersebut dilewati sebuah kereta kencana dan merupakan bekas keraton.

"Makanya dipilih di sini karena ada kisah seperti itu.

Bahasanya adalah 'ndililah' atau kebetulan dan membuat para pengikut percaya dengan panggilan alam," ungkapnya.

Puji mengaku selama menjadi punggawa tidak ada iuaran atau dana yang keluar selama masuk kerajaan.

Baca Juga: Sakit Tidak Menghalangi Untuk Tampil Cantik, Seorang Wanita Tetap Memakai Make-Up Lengkap Meski Terbaring Dengan Selang Oksigen, Alasannya Konyol Sekaligus Lucu

"Paling kalau keluar uang kalau kita berangkat ke sini naik motor, bensinnya sendiri," jelasnya.

Terkait dengan keterlibatan Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat dalam organisasi JOGJA-DEC, Puji menerangkan, DEC adalah bagian dari fahsal-fahsal di bawah kekuasaan Kerajaan Keraton Agung Sejagat.

"DEC itu bagian dari keraton tujuannya adalah untuk mensejahterakan keluarga, utamanya adalah sandang pangan papan," ungkap Puji.

Adapun, kondisi keramaian pengunjung sekarang yang mendatangi keraton menurutnya adalah bagian dari keinginan sekaligus bukti bahwa Kerajaan Keraton Agung Sejagat terbuka.

Baca Juga: Ingatkah Mimpi Apa Anda Semalam? Mengapa Kita Tidak Bisa Mengingat Isi Mimpi, Ini Penjelasannya!

Ketika ditanya terkait bagaimana pembiayaan dalam sistem kerajaan, termasuk seragam, menurut Puji, semuanya menggunakan biaya sendiri.

"Tidak ada janji-janji, paling adalah wejangan seperti menceritakan sejarah Jawa, dan misinya adalah menyejahterakan masyarakat dalam hal sandang pangan papan," pungkasnya.

Asal Usul Nama Dyah Gitarja

Menilik dari sejarah, memang ada hubungan antara nama Dyah Gitarja dengan Majahapit.

Baca Juga: Upaya River Ranger Agar Plastik tak Semakin Menjerat Ciliwung

Dyah Gitarja merupakan ibunda dari raja Hayam Wuruk.

Hayam Wuruk yang memimpin Majapahit pada periode 1350-1389 itu membawa kerajaannya ke masa keemasan.

Dyah Gitarja bersuamikan Cakradhara yang kemudian bergelar Kertawardhana Bhre Tumapel.

Sebelum Hayam Wuruk naik takhta, Dyah Gitarja, adalah Ratu Majapahit yang dikenal dengan nama Tribhuwana Wijayatunggadewi.

Baca Juga: Jiwasraya Memanas, Benny Tjokro Dkk Resmi Jadi Tersangka, Tetapi Justru Ditahan di Rutan Berbeda, Mengapa?

Selain ibunda raja terbesar Majapahit, Dyah Gitarja juga merupakan anak pendiri kerajaan tersebut, Raden Wijaya.

Tribhuwana jadi Ratu Majapahit setelah kakaknya, Jayanagara meninggal tanpa punya keturunan pada 1328.

Mengutip dari Wikipedia, Tribhuwana turun takhta pada 1350 bersamaan dengan meninggalnya sang ibu, Gayatri.

Selain istri Raden Wijaya, Gayatri adalah putri bungsu Sri Maharaja Kertanegara, raja terakhir Singhasari.

Baca Juga: Mau Turunkan Berat Badan Sebanyak 45 Kg dengan Cara Aman? Coba Ini Yuk!

Hubungan Totok Dengan DEC

Sebelum bikin geger dengan KAS, Totok ternyata pernah "berulah" beberapa tahun silam.

Dilansir dari Tribun Jateng, Totok merupakan Dewan Wali Amanat Panitia Pembangunan Dunia Wilayah Nusantara Jogja Development Commitee (DEC).

DEC merupakan organisasi yang kala itu disebut-sebut mirip dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Baca Juga: Terungkap, Ini Penampakan 'Istana' Keraton Agung Sejagat, Fakta Kepemilikannya Mengejutkan!

Pada koferensi pers di Ndalem Pujokusuman, Keparakan, Mergangsan, Yogyakarta Jumat (11/3/2016) silam, Totok menjanjikan bakal memberi 100-200 dolar Amerika Serikat (AS) ke tiap anggotanya.

Dana kemanusiaan itu, lanjut Totok, disalurkan melalui koperasi yang akan dibentuk.

Totok menyebut, dana itu berasal dari lembaga keuangan tunggal dunia yang bernama Esa Monetary Fund.

Lembaga yang disebut Totok punya uang tak terbatas itu berpusat di Swiss.

Baca Juga: Punya Ritual Malam Hari yang Aneh dan Nabi Perempuan, Inilah Kerajaan Ubur-ubur dengan Seorang Ratu yang Kondisinya Memilukan

"Namun semua program tadi akan kami mulai tahun 2017 nanti karena sekarang masih dalam proses perizinan," kata dia kala itu.

Dilanjutkannya, untuk mempermudah penyaluran, DEC menargetkan akan mendirikan koperasi di tiap desa di DIY.

Totok juga mengklaim jika telah lebih dari 10 ribu orang yang mendaftar.

Mereka menargetkan bisa merekrut 500 ribu anggota hingga nanti menjalankan program pada tahun 2017.

Baca Juga: Tumbuh Tanduk hingga Sepanjang 14 Cm, Ternyata Biasa Muncul di Daerah yang Terpapar Matahari dan Biasa Menyerang Lansia, Begini Tanda Awalnya

Tak Jelas

Namun apa yang dijanjikan Totok dan DEC tak juga jelas.

Di akhir 2017, mengutip dari pemberitaan pitunews.com, sejumlah anggota Jogja DEC justru mengaku kecewa dan mundur teratur dari kepengurusan organisasi.

Namun demikian, masih ada anggota yang tetap bertahan jadi pengurus organisasi itu.

Baca Juga: Bikin Ulah, TKI Mendapat Sanksi Penjara Setelah Dengan Kejam Campur Nasi Majikan dengan Air Kencing dan Darah Menstruasi, Tetapi Kejahatannya Rupanya Tidak Hanya Itu

Alasan banyaknya pengurus yang mundur karena ketidakjelasan mengenai biaya.

Tiap kegiatan, seperti yang dikatakan pengurus yang tak mau namanya disebutkan, ia harus bayar sendiri.

Bukan hanya untuk kegiatan, tetapi juga ada setoran ini dan itu.

(Permata Putra Sejati) 

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Pengakuan Puji Punggawa Kerajaan Agung Sejagat, Lokasi Bangunan Disebut Bekas Keraton Majapahit