Dipenjara di Sel 'Peti Mati' Kamboja Selama 15 Bulan, Jurnalis James Ricketson Justru Temukan Kebahagiaan dan Pelajaran Berharga

Tatik Ariyani

Penulis

James Ricketson, jurnalis dan pembuat film Australia ditahan selama 15 bulan sampai dia diampuni pihak berwenang Kamboja.

Intisari-Online.com - James Ricketson, seorang jurnalis dan pembuat film dari Australia, suatu hari pernah membaca sebuah artikel mengenai penderitaan anak-anak jalanan Kamboja.

Kemudian pada Juni 2017, dia pun menerbangkan drone di atas massa yang berunjuk rasa anti-pemerintah di Phnom Penh.

Karena hal itu, dia ditangkap dan didakwa melakukan spionase, meski tuduhan tersebut dibantahnya.

James kemudian ditahan di penjara yang terkenal penuh sesak dan kekurangan fasilitas yang disebut Prey Sar.

Dia ditahan selama 15 bulan sampai dia diampuni pihak berwenang Kamboja.

Baca Juga: Demi Sekolah Adik-adiknya, Gadis SMP Ini Lebih Pilih Jualan Bakpau Dibanding Bermain, Rela Hanya Punya Empat Orang Teman

Setelah dia bebas dan kembali ke Australia, dia memiliki perspektif baru tentang bagaimana menemukan kebahagiaan dan apa yang penting dalam kehidupan.

Dia kemudian menceritakan kisahnya kepada Lynne Malcolm untuk RN's All in the Mind.

Ruang seukuran peti mati untuk ditinggali

Sel yang ditempatinya selama di penjara memiliki lebih dari 140 lebih tahanan.

Masing-masing tahanan memiliki ruang sekitar 1 meter persegi untuk tinggal.

Baca Juga: Misteri Hampir Seribu Bayi Ditemukan Terlantar di Malaysia, Bahkan Banyak yang Ditemukan Meninggal

Padahal tinggi James adalah 2 meter, jadi dia hanya punya setengah ruang dari ukuran tubuhnya, yang pada dasarnya seperti dia tinggal di peti mati.

Hanya ada 3 toilet jongkok untuk 140 orang dan tahanan berada di sel selama 20 jam sehari.

James cukup beruntung karena dia berkulit putih dan punya uang, sehingga dia bisa keluar dari sel kasarannya selama 4 jam sehari.

Waktu itu dia habiskan untuk berjalan dan berbicara dengan beberapa teman yang dikenalnya di Kamboja.

Baca Juga: Gempa 7,4 SR Guncang Banten, Ternyata Seperti Inilah Kedahsyatan Gempa Menurut Ukurannya

Namun, sebagian besar tahanan tidak punya kesempatan itu, kebanyakan dari mereka mungkin mendapatkan 20 menit seminggu dari sel.

Penjara itu sangat tidak nyaman karena sangat sempit, dan kelembabannya mendekati 100 persen.

Siapa pun yang punya penyakit seperti kudis, flu dan penyakit lainnya, bisa dipastikan akan menularkannya kepada semua orang. Karena hal itu, hampir sepanjang waktu banyak orang sakit.

James kemudian menemukan bahwa rentang emosi yang dirasakannya di dalam sel sangat mirip dengan di luar penjara, tidak ada perbedaan besar.

Ada saat-saat dia merasa sangat kesal, marah, bertengkar dengan para penjada, dan dengan hakim penyidik.

Baca Juga: 5 Keajaiban Daun Salam, dari Menjaga Kesehatan Jantung Hingga Atasi Diabetes

Dan James mendapati dirinya tergelincir dengan sangat cepat ke dalam semacam rutinitas yang seperti tidak ada bedanya dengan rutinitasnya di Australia.

Tentu secara umum berbeda, namun dalam istilah emosional keduanya tidak berbeda sama sekali.

SetelahJames keluar dari penjara dan mendapati dirinya kembali ke Sydney, dia merasaseseorang dihadapkan pada begitu banyak pilihan, dimanifestasikan untuk masuk ke Woolworths atau Coles dan menemuan bahwa ada 15 sereal sarapan yang berbeda, ada 15 kopi berbeda, ada 15 teh berbeda, 100 keju berbeda, 12 macam susu dan semuanya.

Danseseorang tidak menyadari sampaidirinya berada di suatu tempat di mana pilihan itu diambil darinya dan menjadi pilihan-pilihan kecil, yang James pikir, hanya sedikit anxiety (kecemasan).

Sedang ketika berada di penjara, James dihadapkan hanya pada buku (dia beruntung memilikinya), tidak diganggu dengan adanya internet, tidak ada gangguan berita, radio, alkohol, bahkan tidak perlu berpikir bahwa orang perlu bahagia atau puas.

Baca Juga: Menolak Tunangan, Wanita Ini Digugat Mantan Pacarnya Rp400 Juta, Tak Mau Kalah Ia Tuntut Balik dengan Biaya Air Minum dan Sewa Toilet

Jadi, saat di penjara, dia dipaksa ke dalam situasi di mana dia harus mengandalkan sumber daya batinnya sendiri, dan dia menemukan bahwa dia melakukannya dengan cukup baik.

James mengatakan, "Saya percaya bahwa sebagian besar dari kita jauh lebih tangguh daripada yang kita kira, dan itu tidak sampai hal-hal menjadi buruk dalam hidup kita untuk (menyadari) kita menghargainya."

Menulis tentang kebahagiaan dengan lampu toilet

Salah satu dari banyak pelajaran yang James pelajari di penjara adalah bahwa dia dapat beradaptasi dengan hampir semua hal.

Satu-satunya cahaya yang dimiliki di dalam sel untuk 140 orang adalah di toilet jongkok.

James jadi terbiasa bangun pada jam 2 atau 3 pagi, menggunakan ember yang dibalik untuk duduk danbuku catatan di pangkuannya dengan pena. Dia kemudian akan membuat catatan dan menulis surat kepada keluarganya.

Baca Juga: Viral Kabar Patahan Sunda Kritis karena Letusan Gunung Tangkuban Parahu dan Gempa Banten Terjadi dalam Waktu Berdekatan, Ini Penjelasan Pakar

Secara khusus, James menulis 50 halaman catatan tentang kebahagiaan.

Pada satu kesempatan tertentu, sekitar jam 5 pagi akan ada salah satu tahanan yang pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil.

Dan tahanan itu benar-benar berdiri tepat di sebelah James untuk kencing sementara James tetap menulis tentang kebahagiaan.

Ketika sedang kencing, kadang urinnya terciprat ke kaki James dan dia segera berpikir, 'Ya Tuhan, lebih baik aku mencucinya (kaki).'

Namun, kemudian dia berpikir, 'Mengapaaku harus mencucinya? Itu bukan masalah besar.'

Itu adalah salah satu dari banyak pelajaran kecil yang James pelajari tentang seberapa banyak seseorang sebenarnya dapat belajar untuk berurusan dengan hal yang tidak pernah terpikir sebelumnya.

Baca Juga: Defisit Rp7 Tirliun, BPJS Kesehatan Ingin Segera Naikkan Iuran, Agar Masyarakat 'Punya Tanggung Jawab pada Kesehatannya Sendiri'

Kebahagiaan sebagai pilihan

James merasa dirinya pada dasarnya sama sepanjang waktu di sana.

Dia mengalami beberapa malam yang buruk dan beberapa periode lemah, tetapi James juga menyadari dia juga memiliki hal itu di kehidupan normalnya.

James mengatakan, "Setelah aku keluar, orang-orang bertanya, 'Apakah kamu pernah kehilangan harapan?' dan aku berkata, 'yah, apa alternatifnya?' Tidak ada alternatif untuk berharap."

Seseorang harus menemukan hal-hal yang hidup, yang memberinya harapan daripada meratapi hal-hal yang hilang dari kehidupan atau keadaan seseorang.

James tidak berusaha berpura-pura bahagia sepanjang waktu, namun dia pikir ada cara di mana semua orang bisa menyalakan saklar dan berkata, 'Oke, ini bencana, apa yang bisa kita dapatkan dari bencana itu?'

Di satu sisi, James berpikir kebahagiaan adalah sebuah pilihan.

Dia berpikir dapat memilih untuk menjadi bahagia, meskiun dia agak curiga dengan kata-kata 'bahagia' dan 'kebahagiaan' karena James berpikir hal itu sedikit usang di toko.

Ada segala macam pengalaman lain yang orang miliki, seperti kegembiraan, kepuasan, kesenangan, kepuasan, dan kebahagiaan James pikir bukanlah yang terbaik dari semuanya, tetapi tetap saja itu yang dipahami semua orang.

James bahkan tidak yakin bahwa kebahagiaan adalah yang paling menarik dari emosi yang bisa semua orang alami.

Baginya, kepuasan mungkin yang lebih tinggi.

Baca Juga: Pura-pura Punya Usaha Ini, Seorang Pria Jual Harimau Secara Ilegal, 7 Anak Harimau Berakhir Tragis di Tangannya

Artikel Terkait