Intisari-Online.com – "Aku menyukai gadis-gadis yang menarik di sekeliingiku, tarena gadis-gadis ini bagiku tak ubahnya seperti kembang yang sedang mekar dan aku senang memandangi kembang."
Itulah salah satu pengakuan jujur Bung Karno tentang wanita kepada Gindy Adams, wartawati Amerika yang akhirnya disetujui BK untuk menulis biografinya berjudul BungKarno, Penjambung Lidah Rakjat Indonesia (1966).
Pengakuan itu muncul karena BK merasa terus jadi bulan-bulanan pers Barat, terutama Amerika Serikat, yang selalu menggambarkan dirinya sebagai sang pembuat cinta.
(Baca juga: Blusukan Ala Bung Karno, Mulai dari Sawah Hingga Kawasan Pelacuran)
“Majalah Tuan, Time dan Life terutama, sangat kurang ajar terhadap saya. Coba pikir, Time menulis, 'Sukarno tidak bisa melihat rok wanita tanpa bernafsu'.
Selalu mereka menulis yang jelek-jelek. Tidak pernah hal-hal yang baik yang telah saya kerjakan," tutur BK kepada John F. Kennedy, Presiden AS, saat berkunjung ke negeri itu #MariBaca
"Ya, ya, ya, aku mencintai wanita. Ya, itu kuakui. Akan tetapi aku bukanlah seorang anak pelesiran sebagaimana mereka tuduhkan padaku," tuturnya kepada Cindy.
Tahun 1961 BK sakit keras. Di Wina, Austria, para hli mengeluarkan batu dari ginjalnya. Waktu itu perjuangan merebut kembali Irian Barat sedang memuncak.
Maka itu para dokter melakukan perawatan lebih teliti terhadap BK.
"Jangan khawatir Presiden Sukarno, kami akan memberikan perawat-perawat yang berpengalaman untuk menjaga Tuan," kata mereka.
"Ketika hal itu diaampaikan kepadaku, keadaanku menjadi lebih payah daripada sewaktu aku mula-mula masuk. Aku tahu apa yang akan kuhadapi.... aku berpikir dalam hati, 'Aku akan lebih cepat sembuh dengan gadis-gadis perawat yang tidak berpengalaman, karena yang sudah punya pengalaman 40 tahun tentu setidaknya sekarang sudah berumur 55!" ungkap BK.
(Baca juga: Tidur di Kamar Bung Karno, Cara Mengejutkan Jokowi untuk Menyelami Cara Hidup Bung Karno)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR