Intisari-Online.com - Ahli forensik yang meninggal pada dini hari 27/9 meninggalkan jejak analisis mengenai wafatnya Bung Karno. Dalam bukunya, Indonesia X-Files (2013), Mun'im mengoreksi sangkaan salah satu istri Proklamator itu, Ny. Ratna Sari Dewi, bahwa suaminya meninggal karena terus-menerus diberi obat tidur. Padahal Kolonel (Purn) dr. Hartanto, salah satu dokter yang merawat Bung Karno, mengatakan, fungsi ginjal Bung Karno tinggal 25% saja. Rachmawati Soekarno, salah satu putrinya, malah mengatakan bahwa sejak muda Bung Karno mengidap darah tinggi dan penyakit ginjal. Bahkan salah satu ginjalnya telah diangkat di Wina tahun 1960. "Perlu diketahui, dengan memiliki hanya satu ginjal yang jelas tidak optimal kerja atau fungsinya, kadar ureum darah akan meningkat. Dengan adanya gangguan, fungsi filtrasi atau membersihkan darah akan meningkatkan kadar ureum sehingga kesadaran korban akan terganggu. Jika mencapai kadar toksik bisa menyebabkan kematian, dengan kadang-kadang didahului kejang atau pernapasan tidak wajar. Keadaan tersebut menurut saya tidak dimengerti oleh Ny. Ratna Sari Dewi," tulis dr. Mun'im. Jadi, apakah Bung Karno meninggal karena sebab lain? Ikuti penjelasan dr. Mun'im selanjutnya dibuku terbitan Noura Books itu yang dicukil di Majalah Intisariedisi Oktober 2013.