Candi itu sendiri sebenarnya cukup menarik dan unik, karena pahatan pada dinding-dindingnya memuat sekaligus lima cerita yang berdiri sendiri. Figur punakawan di Candi Jago diselipkan pada pahatan cerita Parthajajna.
Dari sumber lain dapat pula kita ketahui bahwa tokoh punakawan juga terdapat dalam karya-karya sastra bahasa Jawa sehari-hari, karena bahasa Jawa Kuno sudah mulai kurang dipahami masyarakat.
Dalam era Jawa baru ini, tokoh punakawan disebut pertama kali dalam Kitab Manik Maya. Kitab ini terbit pada zaman Kartasura oleh Kartamursadah. Dalam kitab ini jelas disebutkan nama Manikmaya. Manik adalah sebutan untuk Bhatara Guru, sedang Maya untuk 'si gendut' Semar.
Si tambun yang kocak
Di bagian tubuh Candi Jago terukir pahatan berupa petikan cerita dari Kitab Mahabharata. Kalau urutan panil-panil relief cerita ditelusuri dari awal, akan tampak seorang tokoh kesatria diiringi seseorang bertubuh pendek, tambun dengan perut buncit, rambut berkuncir dengan jambul mencuat ke depan.
Baca juga: Pistacio, Si Kacang Ketawa nan Renyah yang Mampu Atasi Disfungsi Ereksi
Dia hanya memakai selembar kain di badan bagian bawah, dan badan bagian atas dibiarkan terbuka. Tangan kanannya menekuk ke arah pundak, menyandang suatu bawaan.
Tokoh ini tampak mengiringi tokoh kesatria tadi, yang ternyata adalah Raden Arjuna, kesatria penengah Pandawa.
Dari perbandingan dengan cerita-cerita wayang, lazimnya yang mengiringi Arjuna ialah Semar dan anak-anaknya. Para pengiring atau punakawan ini selalu digambarkan sebagai figur yang kocak, suka bergurau, setia dan patuh kepada junjungannya.
Adegan main dadu
Baca juga: Ayam Ketawa yang Nyaris Tak Terdengar Lagi Tawanya: Tak Hanya Suaranya, Warnya Juga Unik
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR