Advertorial

Usai Ritual Waisak di Candi Mendut, Umat Buddha Bagi-bagi Nasi Kotak Untuk Berbuka Puasa

Mentari DP

Editor

Setiap tahun, candi ini menjadi tempat puja bakti umat Buddha untuk menyambut Hari Raya Waisak. Di candi tersebut, umat Buddha melakukan ritual penyemayaman api dharma atau api abadi.
Setiap tahun, candi ini menjadi tempat puja bakti umat Buddha untuk menyambut Hari Raya Waisak. Di candi tersebut, umat Buddha melakukan ritual penyemayaman api dharma atau api abadi.

Intisari-Online.com – Rangkaian peringatan Tri Suci Waisak 2562 BE/2018 di Candi Mendut, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terasa istimewa.

Sebab acara ini digelar di tengah umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Candi Mendut sendiri terletak di tengah permukiman warga yang mayoritas menganut agama Islam.

Setiap tahun, candi ini menjadi tempat puja bakti umat Buddha untuk menyambut Hari Raya Waisak. Di candi tersebut, umat Buddha melakukan ritual penyemayaman api dharma atau api abadi.

Baca juga:Sejak Tahun 1998, Umat Buddha di Vihara Ini Sediakan Buka Puasa Gratis

Ritual diawali dengan puja bakti (doa bersama) lalu dikirab oleh sejumlah biksu/biksuni mengelilingi Candi Mendut (Pradaksina).

Prosesi pun ditutup sesaat menjelang azan berkumandang atau tanda waktu berbuka puasa bagi masyarakat muslim di lingkungan sekitar Candi Mendut.

Sejumlah panitia bergegas keluar kompleks Candi Mendut sembari membawa tumpukan nasi kotak.

Nasi itu lalu dibagi-bagikan kepada warga sekitar komplek candi, antara lain pedagang asongan, petugas keamanan, warga yang melintas, penjaga parkir, termasuk awak media yang sedang meliput prosesi tersebut.

"Tahun ini memang istimewa karena bersamaan dengan bulan puasa. Kami sudah diskusikan sebelumnya, kami juga meminta umat (Buddha) agar tidak makan dan minum sembarangan saat mengikuti ibadah Waisak di Candi Mendut dan Borobudur," jelas Bante Pabhakaro, panitia pelaksana Waisak 2562 BE/2018, di sela proses penyemayaman api abadi di Candi Mendut, Minggu (27/5/2018) petang.

Pabhakaro menuturkan, sebagai makhluk yang hidup di dunia sepatutnya saling menghormati sesama. Sikap hormat menjadi awal kerukunan, persatuan dan kesatuan itu tercipta di masyarakat.

Baca juga:Terjebak Macet Ketika Mau Buka Puasa? Datanglah ke Tempat Ini Sebab Mereka Sediakan Buka Puasa Gratis

"Dengan kita saling hormat maka akan tercipta kerukunan dan kebahagiaan. Setiap manusia pasti ingin bahagia," tuturnya.

Untuk diketahui, penyemayaman api dharma merupakan salah satu rangkaian peringatan Tri Suci Waisak 2018.

Api yang diambil dari pusat api abadi di Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah, itu memiliki makna semangat kehidupan yang harus terus dikobarkan.

Api menjadi sarana puja bakti umat Buddha di manapun berada.

"Makna api itu semangat, setiap manusia ingin semangat berjuang. Api bersifat ke atas, jadi manusia hendaknya punya cita-cita yang tinggi. Api itu simbol bahwa manusia harus bisa mengendalikan amarah, bukan dikendalikan amarah atau masalah," jelas Pabhakaro.

Perayaan Waisak 2018 di Candi Borobudur Api dharma selanjutnya akan bersanding dengan air berkah yang diambil dari sumber mata air Umbul Jumprit Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Senin (28/5/2018).

Dua elemen tersebut nantinya akan dikirab oleh ribuan umat Buddha ke candi agung Borobudur sebagai lokasi puncak perayaan hari raya Waisak 2018, Selasa (29/5/2018). (Ika Fitriana)

(Artikel ini telah tayang di kompas.comdengan judul "Umat Buddha Bagi-bagi Takjil usai Ritual Waisak di Candi Mendut")

Baca juga:Di Banjarmasin, Ada Relawan Ojek Gratis yang Antar para Peserta SBMPTN 2018

Artikel Terkait