Pada waktu itu di ETH jumlah ujian ada tiga selama lima tahun pelajaran. Ujian pertama pada akhir tingkat pertama dan kedua pada akhir tingkat kedua. Yang paling berat adalah ujian terakhir yang mencakup pelajaran 3 tahun lamanya meliputi jumlah 15 mata pelajaran. Semua ujian diambil secara lisan.
Ujian terakhir ditambah dengan sebuah proyek teori atau laboratorium yang harus diselesaikan dalam waktu enam minggu.
Ujian ulangan tidak ada. Setelah lulus ujian terakhir calon diberi titel Dipl. Ing, singkatan dari Diploma Ingenieur atau insinyur berijazah. Karena ETH masyhur dan dikenal di dunia, maka semua lulusan mencantumkan ETH di belakang titelnya.
Angka-angka ujian adalah satu untuk yang terrendah dan enam yang tertinggi.
Di ETH pada waktu itu berlaku “numerus clausus" yakni mahasiswa tidak boleh jatuh dua kali untuk setiap ujian dan kedua setiap ujian harus diselesaikan dalam waktu dua tahun.
Menjadi mahasiswa paling lama belajar sepuluh tahun sampai mendapat titel. Hasil ujian tidak diumumkan secara lisan atau tertulis, melainkan dengan jalan melalui pos di dalam sebuah sampul.
Mahaguru-mahaguru “kaliber dunia" di ETH.
Di ETH pernah memberikan kuliah-kuliah Prof. Einstein dari Jerman, Prof. Pauli dari Austria, Prof. Debey dari Belanda, Prof. Ruzcika dari Yugoslavia, kesemuanya pemenang-pemenang Hadiah Nobel untuk Fisika.
Pernah pula memberikan kuliah Prof. Piccard dari Belgia yang dikenal penerbangan balon-balonnya untuk Fisika, Prof. Treadwell dari Inggeris untuk Kimia.
Pada waktu itu saya mendapat kuliah Fisika dari Prof. Scherrer, assisten dari Prof. Debey. Saya merasa bangga bahwa pada waktu itu yang mengambil ujian Matematika saya adalah Prof. Hirsch, bekas guru Prof. Einstein.
Pada wantu itu yang memberikan kuliah Mekanika adalah Prof. Meissner, berkebangsaan Swis. la dikenal sebagai “algojo ETH" karena pertanyaan-pertanyaan sulit didalam ujian. Saya takut sekali dan ujian selalu saya tangguhkan tetapi menurut aturan waktu tunggu hanya dua tahun.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR