Karena nada-nada amat keras seakan-akan kamar akan meledak. Maka itu lahirlah istilah “ein bomfreies Zimmer" atau kamar “bebas bom"
1938: di Wina: saya melihat Hitler.
Setelah perundingan antara kanselir Schnuschnigg dari Austria yang diadakan di Berchtesgaden, yang merupakan sarang rajawali gembong-gembong Nazi dan terletak di daerah pegunungan indah, menjadi gagal, maka Hitler kemudian menjalankan politiknya "der Anschluss" terhadap Austria yang telah diidam-idamkan dalam bukunya “Mein Kampf".
Pada 14 Maret 1938 dengan pawai Hitler memasukki kota Wina.
Tiga hari sebelumnya berkat info seorang wartawan harian Swis saya pergi bersama-sama ke Wina. Hitler hanya tinggal satu malam di Wina dan menginap di hotel yang megah “Imperial".
Karena teman sudah tahu bahwa Hitler akan menginap di hotel itu maka walaupun “Imperial" dijaga dengan ketat oleh pasukan SS saya sempat melihat Hitler tatkala memasuki hotel itu.
Perawakannya tidak begitu tinggi, memakai kumis ala pelawak bintang pilem zaman dahulu: Charlie Chaplin.
Menurut “Kompas" tgl. 16 Nopember 1972 dalam kunjungannya ke Wina, Presiden Suharto juga menginap di Hotel “Imperial" yang megah itu.
6 Juni 1944 : Invasi Sekutu di pantai Normandi, Perancis.
Invasi ini merupakan tusukan rencong ke dalam jantung Jerman Nazi yang mengakhiri perang dunia ke-II. Sepanjang malam menjelang hari "D" tersebut saya kebetulan mendengarkan radio "BBC". Disiarkan Iagu-lagu gembira dan setiap sepuluh menit siaran dihentikan.
Kemudian terdengarlah kata-kata Perancis: “Anak-anak besok tidak masuk sekolah" Keesokan harinya saya membaca di dalam surat kabar bahwa kata-kata tersebut merupakan kode untuk anggota-anggota pejuang bawah tanah bahwa besok hari Sekutu akan mendarat di sebuah pantai di Perancis.
Baca juga: Meski Terkesan Kejam, Nama Adolf Hitler Ternyata Pasaran dan Sering Digunakan Keluarga Petani Kecil
Dari radio “Vrij Nederland" saya menangkap siaran bahwa kapal “Johan de Witt" yang sepuluh tahun sebelumnya membawa saya ke Genoa, ikut dalam armada invasi. Dekat pantai Normandia kapal tersebut tenggelam kena sebuah torpedo.
Kerajaan “seribu tahun"
Perang yang dilancarkan oleh Hitler dimulai pada hari Minggu tanggal 1 September 1939. Tepat pada malam 8 Maret '45 meriam-meriam di Eropa bungkam dan berakhirlah perang dunia ke-II di Europa.
Dalam waktu lima tahun, delapan bulan dan tujuh hari berjuta-juta orang laki-laki, perempuan dan anak-anak tewas dan berjuta-juta orang lain mati dalam kamar-kamar gas dan kamp-kamp konsentrasi.
Marsekal Tschuikow dari Rusia menulis pada akhir bukunya: “Das Ende des dritten Reiches": “Akhirlah sudah perang yang dahsyat. Oleh tentara Rusia ditempuhlah jalan panjang dan sulit. Bila jalan-jalan yang ditempuh tentara Rusia mulai dari gapura depan Moskwa sampai Berlin dalam gerak-gerak berIiku-liku, maju dan mundur, ditarik lurus maka panjangnya hampir sepanjang khatulistiwa."
Dengan berakhirnya perang dunia ke-II di Europa dan bunuh dirinya Hitler berakhirlah pula kerajaan “seribu tahun" yang selalu diidam-idamkan oleh diktator berkumis ala Charlie Chaplin.
Dengan demikian kerajaan “seribu tahun" hanya berusia tepat duabelas tahun, empat buIan dan delapan hari.
(Ditulis oleh Sujito Danusaputro Dipl. Ing., Eth. Zurich. Seperti pernah dimuat di Majalah Intsiari edisi Juli1973)
Baca juga: Meski Terobsesi dengan Kemurnian Ras Arya, Nyatanya Hitler Mengaku Respek dengan Dua Bangsa Asia Ini
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR