Ia pun mulai mencari mesin itu, membongkarnya, dan menyatukannya kembali untuk membuat sebuah vacuum cleaner yang baru.
Lama-lama ia semakin tertarik pada mesin-mesin vacuum cleaner yang langka. Ia senang melihat cara kerja mesin itu dan melihat bagaimana mesin itu dapat dikembangkan lagi.
(Baca juga: Seniman China Ini Membuat Batu Bata dari Asap Beijing yang Dikumpulkan Menggunakan Vacum Cleaner)
Ia juga senang meliht bagaimana mesin itu dalam beberapa tahun ke depan. Alasannya, beda mesin, beda cara kerjanya.
“Aku mencari vacuum cleaner di eBay atau situs penjualan di Facebook. Bahkan orang-orang mulai meninggalkan alat itu di luar pintu belakang rumahku,” tambah Matthew.
Beberapa koleksi Henry miliknya ada yang berusia 40 tahun. Ia memperbaiki mesin itu.
Tetapi bila alat itu telah diperbaiki, ia akan membuatnya menjadi baru dengan memasang dua pemutarnya.
Dari ratusan koleksi vacuum cleaner milik Matthew, terbanyak bermerek Henry dan Dyson. Bahkan ia punya versi asli yang terbuat dari logam dan Bakelite.
Ia menyimpan koleksinya di bengkel yang berada di kebunnya. Di bengkel itu pula ia biasa memperbaiki semua vacuum cleaner miliknya.
Walaupun ayahnya, Richard Lock, adalah seorang insinyur, Matthew tidak pernah meminta bantuan ayahnya.
Ia bertekad untuk belajar sendiri bagaimana memperbaiki alat itu dengan menonton di YouTube atau bertanya kepada tukang servis lainnya.
Ia menghabiskan 10 jam per minggu untuk bekerja memperbaiki vacuum cleaner di bengkelnya. Pasalnya, ia masih bersekolah dan tetap harus mengerjakan PR.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR