Advertorial

Patut Dicontoh! Siswa SMP Ini Tergila-gila Pada Vacum Cleaner dan Menjadikannya Bisnis Sejak Lulus SD

Moh Habib Asyhad

Editor

Seorang murid SMP di Inggris sukses menjalankan bisnis reparasi vacuum cleaner sejak tamat SD. Ia biasa memberi ulasan alat itu dan mendapat ribuan penonton di YouTube.
Seorang murid SMP di Inggris sukses menjalankan bisnis reparasi vacuum cleaner sejak tamat SD. Ia biasa memberi ulasan alat itu dan mendapat ribuan penonton di YouTube.

Intisari-Online.com – Tergila-gila pada vacuum cleaner sejak balita ternyata bisa membuahkan pundi-pundi uang.

Inilah yang dilakukan oleh seorang siswa SMP bernama Matthew Lock dari Maghull, Merseyside, Inggris.

Bayangkan, dalam usianya baru 13 tahun, ia sudah membangun bisnis perbaikan vacuum cleaner. Ia pun sudah mendapat penghasilan hingga puluhan juta.

Bahkan ia menjadi favorit teman-teman orangtuanya. Ia sering diundang minum teh sambil diminta untuk memeriksa vacuum cleaner mereka dan memperbaikinya.

Diceritakan, pada usia 2 tahun, Matthew senang sekali bermain vacuum cleaner Henry, sejak ia mendapatkan mainan itu yang pertama.

Pada usia 5 tahun ia sangat senang membersihkan rumah keluarganya dengan menggunakan alat sedot debu itu.

(Baca juga:Bisnis Kopi (1) : Peluang Bisnis Kopi Terbuka Lebar di Indonesia)

Sejak itu ketertarikannya pada vacuum cleaner semakin menjadi.

“Aku pikir, hal itu dimulai setelah melihat alat itu digunakan dan aku senang membantu. Aku suka Henry karena alat itu punya wajah dan terlihat seperti sebuah mainan,” cerita Matthew Lock.

Pada usia 10 tahun ia mulai bisa memperbaiki alat penyedot debu tersebut. Hal itu dimulai ketika ia bermain ke rumah seorang temannya.

Nenek dari temannya itu mengatakan akan membuang Henry karena sudah rusak. Matthew menawarkan diri untuk memeriksa mesin itu dan membersihkannya.

Ternyata, vacuum cleaner itu bisa hidup kembali seperti baru. Jelas saja nenek temannya sangat senang.

“Aku ingat saat kelas 4 atau lima SD punya ide gila bagaimana membongkarnya dan melihat ke dalam mesinnya. Juga bagaimana membuat alat itu bekerja, kemudian aku mulai mengoleksinya,” kata Matthew.

Ia pun mulai mencari mesin itu, membongkarnya, dan menyatukannya kembali untuk membuat sebuah vacuum cleaner yang baru.

Lama-lama ia semakin tertarik pada mesin-mesin vacuum cleaner yang langka. Ia senang melihat cara kerja mesin itu dan melihat bagaimana mesin itu dapat dikembangkan lagi.

(Baca juga:Seniman China Ini Membuat Batu Bata dari Asap Beijing yang Dikumpulkan Menggunakan Vacum Cleaner)

Ia juga senang meliht bagaimana mesin itu dalam beberapa tahun ke depan. Alasannya, beda mesin, beda cara kerjanya.

“Aku mencari vacuum cleaner di eBay atau situs penjualan di Facebook. Bahkan orang-orang mulai meninggalkan alat itu di luar pintu belakang rumahku,” tambah Matthew.

Beberapa koleksi Henry miliknya ada yang berusia 40 tahun. Ia memperbaiki mesin itu.

Tetapi bila alat itu telah diperbaiki, ia akan membuatnya menjadi baru dengan memasang dua pemutarnya.

Dari ratusan koleksi vacuum cleaner milik Matthew, terbanyak bermerek Henry dan Dyson. Bahkan ia punya versi asli yang terbuat dari logam dan Bakelite.

Ia menyimpan koleksinya di bengkel yang berada di kebunnya. Di bengkel itu pula ia biasa memperbaiki semua vacuum cleaner miliknya.

Walaupun ayahnya, Richard Lock, adalah seorang insinyur, Matthew tidak pernah meminta bantuan ayahnya.

Ia bertekad untuk belajar sendiri bagaimana memperbaiki alat itu dengan menonton di YouTube atau bertanya kepada tukang servis lainnya.

Ia menghabiskan 10 jam per minggu untuk bekerja memperbaiki vacuum cleaner di bengkelnya. Pasalnya, ia masih bersekolah dan tetap harus mengerjakan PR.

Dilansir dari situs Storytrender, Matthew Lock sudah menjadi pebisnis dan menghasilkan ribuan poundsterling.

(Baca juga:Mengintip Bisnis Tas Branded Serupa 'Lingkaran Setan' yang Menjerat Angela Lee)

Ia memulai bisnis itu begitu ia lulus SD dan ia telah memperbaiki sekitar 500 vacuum cleaner.

Ia juga telah menjual 300 penyedot debu itu, termasuk ke perusahaan-perusahan cleaning servis dan bahkan gurunya di sekolah.

Setelah memperbaiki satu vacuum cleaner dan menjualnya, ia tabung uangnya untuk dibelikan lima mesin lagi.

Ia bilang, ia suka ke tempat barang rongsokan. Ia membeli, membersihkan, dan memperbaikinya hingga terlihat jadi bagus dan bekerja dengan bagus sesuai standarnya.

“Biasanya, aku membeli vacuum cleaner bekas 5 poundsterling atau Rp100 ribu, memperbaikinya, dan menjualnya kembali seharga 50 poundsterling atau Rp1 juta,” kata Matthew.

Dilansir dari situs Storytrender, Matthew akan memperbaiki motor mesin, mencuci kipas, mengganti sikat karbon, mengganti dan memperbaiki papan sirkuitnya sehingga vacuum cleaner jadi lebih efisien.

Setelah itu ia akan mengujinya dengan cara menebarkan makanan bekas atau oatmeal untuk melihat bagaimana alat itu bekerja menyedot kotoran.

(Baca juga:Obsesi Ganjil Raja Louis XIV dan Alasan Mengapa Wanita Melahirkan Berbaring)

“Aku orang yang perfeksionis, aku tidak menjual sebuah mesin bila aku tidak merasa baik kerjanya. Aku senang bisa mementuk sebuah vacuum cleaner yang dapat bekerja dengan sempurna,” tegas Matthew.

Ia menambahkan, pelanggannya suka kaget ketika menyadari betapa masih mudanya Matthew.

Namun, bisnis sang bocah yang awalnya dari mulut ke mulut mendapat tanggapan yang positif pada situs penjualan.

Bahkan bocah penggila vacuum cleaner ini sudah punya invoice sendiri.

Pada ulang tahunnya yang ke-13, ia pun mengunjungi pabrik vacuum cleaner Numatic di kota Chard, Somerset.

Ia begitu senang ketika menceritkan pengalamannya ke pabrik itu. Ia bisa melihat bagaimana cara pembuatannya dari ribuan komponen kecil yang digunakan.

Ia juga jadi tahu bagaimana kantung vacuum cleaner itu dibuat dan cetakan putaran yang begitu besar.

Dalam kunjungan itu ia mendapat dua mesin langka. Mesin dari Hetty yang asli itulah yang digunakan sebagai sebuah prototype dan efek marmer pada Henry.

Ia menambahkan, sedikitnya ia punya 100 mesin itu yang tidak akan ia jual. Pasalnya mesin itu langka dan berkualitas mahal.

Ia pikir, favoritnya adalah penyedot debu dari Henry, yang dianggapnya memiliki silinder yang terbaik. Sementara mesin Sabo Felix terbaik dalam ketegakan, dan Dyson V10 terbaik dalam hal tanpa kabel.

“Aku suka mencoba mesin-mesin itu dan mengetesnya untuk dibandingkan dengan merek terbaru. Dan ada dua yang benar-benar aku inginkan, satu penyedot konstelasi tahun 1950-an dan Numatic Wendy, keduanya luar biasa langka,” kata Matthew.

Ia bilang, rahasia vacuum cleaner yang bagus adalah yang dibuat untuk tahan setidaknya 10 tahun, yaitu ringan, rapi dan rapat, serta kuat daya hisapnya.

Selama beberapa tahun terakhir ini, Matthew juga mengulas mesin penyedot debu bagi perusahaan asal Amerika, Shark, selama delapan bulan ini.

Selain itu, ia juga berbagi pengetahuan di media sosial. Ia membagi ulasannya di YouTube dan mendapat 8.000-an penonton.

Matthew sangat jujur tentang apakah mesin-mesin itu bagus. Ia tidak ingin menghabiskan ratusan poundsterling untuk sesuatu yang tidak bagus .

“Aku adalah orang yang jujur dan orang-orang akan lebih percaya pada orang yang jujur,” tegas Matthew.

Ia mengaku ia terinspirasi pada James Dyson dan Chris Duncan, yang menemukan alat penyedot debu Henry.

Itu sebabnya, ia ingin menyamai mereka dan merancang vacuum cleaner buatannya sendiri.

Ia ingin sekali mengunjungi James Dyson Foundation dan mempelajari ilmu permesinan di Institut Mesin dan Teknologi Dyson.

Ia mengaku hobinya yang tidak biasa itu terkadang membuat alis mata orang-orang naik karena kaget.

Beruntung ada temannya yang sangat memahami dirinya. Sang teman membantunya membuat video untuk YouTube.

Ia mengklaim, respon yang diterimanya kebanyakan positif, orang-orang terkesan bahwa ia begitu muda dan sudah punya bisnis sendiri.

Tidak heran bila ibunya yang asisten guru, Christine (50 tahun) dan ayahnya yang insinyur Richard (52 tahun) bangga pada putra mereka.

Sang ibu bercerita, semula ia pikir hal itu hanya sambil lalu. Namun, tetapi ketika mereka mengunjungi rumah seseorang dan mereka punya alat penyedot debu yang berbeda, Matthew langsung tertarik untuk melihat cara kerjanya.

“Kami cukup kaget dan benar-benar kagum. Teman-temanku meminta Matthew untuk melihat alat penyedot debu mereka dan ia memperbaiki mesin itu,” kata Christine.

Bahkan ia pernah mengantar putranya ke sekolah yang membawa vacuum cleaner yang telah diperbaiki. Alat itu dijualnya kepada guru-gurunya.

Artikel Terkait