Matthew sangat jujur tentang apakah mesin-mesin itu bagus. Ia tidak ingin menghabiskan ratusan poundsterling untuk sesuatu yang tidak bagus .
“Aku adalah orang yang jujur dan orang-orang akan lebih percaya pada orang yang jujur,” tegas Matthew.
Ia mengaku ia terinspirasi pada James Dyson dan Chris Duncan, yang menemukan alat penyedot debu Henry.
Itu sebabnya, ia ingin menyamai mereka dan merancang vacuum cleaner buatannya sendiri.
Ia ingin sekali mengunjungi James Dyson Foundation dan mempelajari ilmu permesinan di Institut Mesin dan Teknologi Dyson.
Ia mengaku hobinya yang tidak biasa itu terkadang membuat alis mata orang-orang naik karena kaget.
Beruntung ada temannya yang sangat memahami dirinya. Sang teman membantunya membuat video untuk YouTube.
Ia mengklaim, respon yang diterimanya kebanyakan positif, orang-orang terkesan bahwa ia begitu muda dan sudah punya bisnis sendiri.
Tidak heran bila ibunya yang asisten guru, Christine (50 tahun) dan ayahnya yang insinyur Richard (52 tahun) bangga pada putra mereka.
Sang ibu bercerita, semula ia pikir hal itu hanya sambil lalu. Namun, tetapi ketika mereka mengunjungi rumah seseorang dan mereka punya alat penyedot debu yang berbeda, Matthew langsung tertarik untuk melihat cara kerjanya.
“Kami cukup kaget dan benar-benar kagum. Teman-temanku meminta Matthew untuk melihat alat penyedot debu mereka dan ia memperbaiki mesin itu,” kata Christine.
Bahkan ia pernah mengantar putranya ke sekolah yang membawa vacuum cleaner yang telah diperbaiki. Alat itu dijualnya kepada guru-gurunya.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR