Sementara di acara tahunan Google IO, didemonstrasikan kemampuan AI yang bisa diminta untuk menelepon sebuah layanan dengan intonasi dan respon seperti manusia bercakap-cakap. Hebatnya lagi, bisa menirukan bentuk frasa saat manusia normal bercakap-cakap seperti menambahkan kata “ehm ...” atau jeda seperti sedang mempertimbangkan.
Pada acara berikutnya, Pixel 3 dari Google bisa menerima telepon menggantikan pemiliknya untuk mengetahui siapa yang menelepon, apakah dari telemarketing atau rekan sejawat.
5G, tak sekadar cepat
Selain AI yang akan mengubah bagaimana hasil foto ditampilkan, 2019 sepertinya akan ditandai pula dengan koneksi jaringan generasi kelima atau 5G. Perlu ditekankan di sini, 5G bukan hanya sekadar peningkatan kecepatan internet, seperti dari 3G ke 4G. Generasi kelima akan menjadi tulang punggung, atau jalanan utama untuk teknologi baru yang sedang dikembangkan. Tanpa 5G, kita seperti memiliki mobil sport super cepat, tetapi tidak memiliki jalanan untuk menggunakannya.
Secara skala bandwidth, 5G akan menawarkan pita jaringan yang lebar. Kota-kota dunia sudah beralih menjadi smart city, dengan pertukaran data sudah sangat masif besarnya. Tanpa pita jaringan yang lebar, data itu akan tersendat-sendat. Kota cerdas diperlukan untuk berbagai pelayanan masyarakat yang optimal, dari layanan publik, keamanan, hingga kesehatan. Inilah hakikat sejati kota cerdas. Tidak sekadar tersedianya jaringan internet di area publik, misal WiFi di taman-taman kota.
Kota cerdas meliputi banyak layanan masyarakat yang tersedia dengan cepat dan mudah diakses, misalnya mission critical, seperti pemadam kebakaran, ambulance, kepolisian dan lain sebagainya. Kota cerdas bisa mengetahui dengan cepat tempat kejahatan terjadi dan polisi pun bisa tahu dengan pasti lokasi kejahatan. Orang hilang bisa lacak dari kali terakhir terlihat menggunakan kamera CCTV yang sudah memiliki kemampuan pengenalan wajah. Masih banyak hal lain yang berkaitan dengan lalu lintas data dalam sebuah komunitas kota cerdas.
Karakteristik jaringan 5G yang terpenting adalah low latency single digit, atau jeda yang sangat kecil, dari saat tombol diketuk dan eksekusi dijalankan. Ini sangat penting untuk industri baru, dan memungkinkan banyak peralatan dikendalikan dari jarak jauh. Bisa saja sebuah pabrik di Bekasi, dikendalikan langsung secara real time dari kota di Amerika Serikat, dengan panduan langsung kamera atau bahkan 3D VR. Setiap klik yang dilakukan operator dari Amerika akan langsung dilaksanakan di pabrik di Bekasi, tanpa jeda waktu.
Jeda yang sangat kecil ini dibutuhkan selain untuk industri juga untuk autonomous car, atau mobil pintar yang bisa berjalan sendiri tanpa supir. Beberapa negara maju sudah menggunakan bus atau kendaraan publik tanpa supir. Selain bisa berjalan sendiri dengan kemampuan AI, kendaraan ini bisa dikendalikan dari pusat kontrol. Nah, jika mengalami jeda waktu yang besar bisa berarti bencana. Misalnya saja dikasih perintah pengereman, karena adanya jeda di jaringan, perintah ini baru dijalankan beberapa saat kemudian. Bisa dibayangkan jika berjalan dalam kecepatan tinggi dan di depannya ada kendaraan atau orang yang menyeberang.
Pita lebar 5G juga membuat kualitas pendidikan tak tersekat oleh wilayah. Peserta didik bisa belajar daring. Video dan bahkan augmented reality bisa menjadi bahan ajar. Mereka bisa memahami topik lebih dalam, bisa mengunjungi tempat-tempat yang jauh dan butuh biaya mahal untuk berkunjung seperti laut yang dalam lewat teknologi VR. Sama seperti pertemuan atau meeting penting yang tidak lagi membutuhkan kehadiran fisik.
Di 2019 kita akan melihat betapa 5G akan mengubah banyak cara yang sekarang ini kita kenal. Industri media cetak kehilangan pasar, sementara industri hiburan akan berubah, dari gaming, konser, ke streaming. Perpindahan ini pun akan mengancam siaran TV analog dan TV kabel, karena konsumen akan memasuki teknologi streaming berbasis internet dan kustomisasi layanan hiburan.
Baca Juga : Internet Lemot? Tenang, Atasi dengan Cara Setting APN Seperti Ini
Baca Juga : Tanpa Disadari, 6 Kebiasaan Berikut Bisa Tingkatkan Kesehatan, Termasuk Gunakan Internet Tiap Hari
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR