Dengan semakin berkembangnya bisnis iklan, mekanisme kerja para pelakunya pun mengalami evolusi.
Biro iklan mula-mula lebih bertindak sebagai makelar. Mereka membeli ruang di halaman koran dengan potongan harga tertentu, lalu menjualnya kepada colon pengiklan.
Materi iklannya dipersiapkan sendiri oleh pemasang iklan.
Menginjak abad XX, J. Walter Thompson Company, Lord & Thomas, N.W.Ayer & Son, dan Pettengill & Company merintis layanan persiapan produksi materi iklan.
Media informasi lain adalah radio. Stasiun radio komersial sendiri baru lahir tahun 1920-an.
Pada 2 November tahun itu stasiun radio Westinghouse KDKA di Pittsburgh, AS, menyiarkan hasil pemilihan presiden.
Jumlah pendengar radio tumbuh pesat, hasilnya radio pun dipilih sebagai media iklan utama.
Perkembangan teknologi mendorong riset "transmisi wajah dan gambar" sekitar akhir tahun 1920-an.
Meski selama PD II perkembangan riset stasiun TV komersial ini terhambat, namun tahun 1949 saja sudah ada 75 stasiun operator TV komersial di AS.
Masa depan TV sebagai media iklan yang ampuh rupanya sudah dipahami. Lebih dari 200 biro iklan yang ada saat itu sudah siap menerima layanan iklan TV.
Meski era iklan di TV belum berakhir, kini sudah muncul media info super bebas: internet. Naga-naganya, internet bakal meraup sebagian porsi iklan di beberapa media yang sudah ada sebelumnya. (Dari pelbagai sumber/Sht)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi November 1998)
(Baca juga: Saking Terisolasinya, Keluarga yang Tinggal di Wilayah Ini Tidak Tahu Jika Pernah Terjadi Perang Dunia II)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR