Hal lain yang berbeda dengan pertunjukan-pertunjukan bioskop sekarang adalah, bahwa tempo doeloe tidak ada peraturan "untuk 13 tahun (atau 17 tahun) ke atas".
Akibatnya banyak anak-anak kecil ikut orangtuanya menonton. Bahkan kadang kala bayi-bayi yang menyusu bukan merupakan pemandangan aneh.
Serba santai
Suasana dalam bangsal serba santai. Sampai-sampai cara berpakaian para penonton pun santai pula.
Lain dengan kaum wanitanya yang, sesuai dengan kebiasaan bersolek serapi mungkin sejauh isi kantong mengizinkan, kaum pria berpakaian seenaknya.
(Baca juga: (Jakarta 488 Tahun) Sejarah Tempat di Jakarta: Begini Cara Orang Betawi Doelo Menamai Tempat)
Ada yang mengenakan setelan jas komplet (jas tutup menurut mode zaman itu dan pantalon) lengkap dengan sepatu.
Ada yang menimpali jas tutup dengan celana komprang (seperti celana piyama) dan sandal saja.
Malah ada yang mengenakan piyama komplet. Golongan terakhir ini mungkin tidak tahu bahwa piyama hanya khusus untuk tidur atau di rumah saja.
Di sebelah sini ada yang ngobrol keras-keras diselingi gelak tawa. Ada pula yang tiba-tiba mengenali seorang teman di kejauhan, lalu berteriak-teriak memanggil namanya sambil melambaikan tangan.
Di sebelah sana tampak orang-orang yang asyik mengunyah kwaci, palamanis atau kacang arab sambil duduk seenaknya.
Di sana-sini, terutama anak-anak kecil, ada yang menunggu waktu pertunjukan dengan melipat-lipat kertas acara menjadi panah-panahan.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR