Agar terhindar dari nasib yang lebih buruk, pasukan Sekutu kemudian mengirim tim khusus untuk meledakkan jembatan yang membentang di atas sungai Sittang.
Tapi misi dari tim khusus itu ternyata gagal meledakkan jembatan dan membuat gerak maju pasukan Jepang makin tidak terbendung.
Gerak maju pasukan Jepang saat itu bahkan mulai mendekati posisi ibukota Burma, Rangon.
Komandan Sekutu ( ABDA Command) di Rangon, Jenderal Wavell kemudian memerintahkan pasukannya untuk sebisa mungkin menahan gempuran Jepang sambil menunggu bantuan pasukan tambahan dari Timur Tengah.
Perlawanan sengit pasukan Sekutu ternyata tak membawa hasil. Jenderal Wavell pun kemudian digantikan posisinya oleh panglima yang baru, Jenderal Harold Alexander.
Jenderal Harold Alexander lalu memerintahkan semua pasukan Sekutu untuk meninggalkan Rangon sambil melancarkan aksi bumi hangus.
Sekitar 60 ribu pasukan Sekutu, khususnya satuan India dan Inggris, terpaksa berjalan kaki menembus bukit dan hutan untuk mencapai perbatasan Burma-India.
Gelombang berikutnya, sebanyak 100 ribu pasukan China yang dipimpin Jenderal Joseph Stiwell menyusul upaya evakuasi besar-besaran itu dengan jalan kaki.
(Baca juga: Death March: Long March Maut yang Sebabkan Puluhan Ribu Pasukan Sekutu Tewas di Filipina pada PD II)
Di sepanjang perjalanan banyak sekali personil yang jatuh sakit atau meninggal karena terserang penyakit desentri atau malaria. Kota Rangon yang ditinggalkan oleh Sekutu akhirnya dengan mudah jatuh ke tangan Jepang.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR