Intisari-Online.com -- Untuk pertama kalinya, Myanmar yang dikenal sebagai negeri konservatif menggelar sebuah pesta pernikahan gay yang dilaksanakan secara publik. Mengenakan pakaian tradisional Myanmar ditambah karangan bunga melati, Tin Ko Ko dan Myo Min Htet bertukar cincin di hotel Yangon pada Minggu (2/3/2014).Perayaan ini menandai perubahan sosial di negeri Asia Tenggara, di saat Myanmar perlahan keluar dari bayang-bayang kediktatoran militer.Meski tidak mendapatkan pengakuan hukum Myanmar, kedua mempelai dengan khidmat menjalani tata cara pernikahan tradisional Myanmar. Pernikahan ini diiringi oleh enam orang pendamping dan disaksikan sekitar 200-an undangan."Keluarga saya telah menerima. Saya sangat gembira orangtua saya memahami situasi ini meski mereka harus mengatasi banyak masalah dari keluarga besar kami," kata Tin Ko Ko (38), dalam sebuah pidato yang emosional.Pasangan yang sama-sama bekerja di sebuah lembaga pejuang hak-hak kelompok gay ini, sudah hidup bersama selama 10 tahun tanpa mendeklarasikan hubungan mereka.Tak peduli meski dianggap kriminalSebenarnya, undang-undang Myanmar mengkriminalkan siapapun yang mempraktikkan homoseksualitas. Namun, undang-undang ini tidak serius dijalankan. Sementara itu, kritik-kritik pun bermunculan dari para aktivis menentang maraknya pelecehan dan diskriminasi terhadap kelompok gay.Meski begitu, sejak pemerintahan sipil yang didukung militer mulai berkuasa tiga tahun lalu, tabu di sekitar masalah homoseksualitas mulai mengendur.Tin Ko Ko dan Myo Min Htet secara terbuka mendiskusikan rencana pernikahan mereka di media, namun mereka tetap merahasiakan lokasi pernikahan untuk menghindari kemungkinan amuk massa.Namun, sejumlah wartawan berhasil mencium lokasi pernikahan itu dan selanjutnya, foto pesta perkawinan itu menyebar di halaman depan berbagai media Myanmar."Kami berdua bekerja keras untuk mewujudkan pernikahan ini. Saya hampir tak bisa berkata-kata, saya sangat gembira," tambah Myo Min Htet (28).Para undangan bertepuk tangan riuh saat pasangan ini berciuman setelah memotong sebuah kue berbentuk hati berwarna merah."Ini menjadi tantangan bagi tetangga kami, yang tak memahami kami dan melihat kami sebagai manusia aneh," ujar Aung Myo Min, dari kelompok pejuang hak kelompok gay Equality Myanmar.(Kompas)