Lalu bagaimana cara berinteraksi dengan gajah? Gajah itu yang akan mendatangi kita.
Desa Sukabaru dibangun oleh aktivitas petani, baik petani padi maupun petani sawit.
(Baca juga: Kena Karma, Pemburu Gajah Ini Tewas Tertindih Gajah yang Ia Tembak Sendiri)
Tanaman asli Amerika Selatan ini yang menjadi urat nadi ekonomi desa transmigran ini, sekaligus disebut-sebut menjadi petaka bagi lingkungan.
Karena demi sawit, hutan dibabat menjadi tanaman yang homogen. Pun konflik antara gajah dan manusia dipicu oleh sawit.
“Gajah ‘kan punya homerange yang dari dulu selalu sama. Nah, pas gajah datang, homerange-nya sudah berubah jadi kebun sawit. Senang sekali gajah itu, karena memang makanan favoritnya,” kata Moko.
Ketika gajah berpesta, petani yang menanggung petaka karena tanamannya rusak. Perang pun dimulai.
Gajah kerap dijerat, diracun, dan disakiti karena dianggap hama.
Berawal dari konflik inilah, maka PLG dibangun yaitu untuk merawat dan melatih gajah-gajah liar yang tertangkap karena konflik.
Tetapi lama-kelamaan, gajah liar yang tertangkap semakin banyak sehingga PLG tak layak lagi untuk menampung.
Kemudian sistem penanganan konflik berubah.
Gajah liar yang tertangkap dilatih untuk menjadi “polisi gajah”, tugasnya menggiring gajah liar untuk kembali masuk ke hutan.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR