Pasukan payung Inggris yan dijuluki “Red Devils” itu semakin menyusut dari waktu ke waktu. Kini tinggal menunggu datangnya pasukan induk Sekutu untuk menyelamatkan mereka.
Tetapi bala bantuan ternyata tak kunjung tiba. Mereka tak tahu bahwa Divisi Panser SS Ke-10 berhasil memblokir jalan raya ke arah jembatan S. Waal di Nijmegen.
Mereka memukul mundur setiap usaha Divisi Payung Ke-82 Amerika untuk menguasai jembatan dan menuju Arnhem guna membantu pasukan Inggris.
(Baca juga: Pertempuran Iwo Jima pada Perang Dunia II Laiknya Misi Bunuh Diri Massal Puluhan Ribu Pasukan Sekutu, Kok Bisa?)
Komandan divisi Brigjen James M. Gavin yang prihatin dengan kondisi di Arnhem, berusaha keras menolong dengan melancarkan “serangan amfibi” menyeberangi sungai.
Dengan perahu, 260 pasukan pimpinan Mayor Julian Cook pada 20 September menyerberangi sungai.
Mereka bukan hanya melawan derasnya arus, namun juga melawan tembakan pasukan-pasukan Jerman. Tetapi sebagian berhasil mendarat di seberang dan melumpuhkan posisi musuh.
Sehingga mereka mampu mendekati jembatan dengan kekuatan yang bertambah, karena makin banyak pasukan yang dapat diseberangkan.
Serangan terhadap jembatan di Nijmegen itu didukung satuan lapis baja Inggris, yang akhirnya berhasil meretakkan pertahanan Jerman di kaki jembatan.
Jatuhnya jembatan ini membuka jalan untuk membantu “Red Devils” yang mati-matian bertahan dari gempuran Jerman. Jalanan sudah penuh dengan rongsokan kendaraan dan bekas-bekas pertempuran lainnya.
Dalam kondisi terjepit, Letkol Frost dan anak buahnya tidak pernah memberi kesempatan kepada musuh untuk dapat melalui jembatan.
Semangat dan moril pasukan Frost tetap tinggi, walau di gudang bawah tanah rumah penduduk yang mereka jadikan kubu, jumlah rekan mereka yang terluka semakin banyak.
Pasukan ini pun mula kelaparan, dan cuma makan buah yang ditemukan saja.
(Baca juga: Ternyata Ancaman Korea Utara untuk Jatuhkan Bom Atom di AS, Hanya ‘Tulah’ dari Sikap AS saat Perang Korea)
Pada 19 September malam, dari sekitar 500 anggota pasukan payung Inggris yang bertempur di Arnhem, yang masih sanggup angkat senjata tinggal setengahnya.
Esok harinya, jumlah ini berkurang lagi tinggal 150 atau 200 orang. Tanggal 20 September sisa pasukan ini tinggal menguasai sejumlah rumah.
Frost sendiri terluka serius akibat pecahan peluru artileri musuh. Dia menyadari perlawanan lebih lanjut tak ada gunanya, sehingga sebelum fajar 21 September,
Frost memerintahkan sisa pasukannya untuk meloloskan diri dalam kelompok-kelompok kecil, menyatu dengan gelapnya malam. Beberapa berhasil, namun lainnya termasuk Letkol Frost sendiri tertangkap dan ditawan.
Dari 10 ribu pasukan Inggris yang diterjunkan, hanya sekitar 2.200 yang dapat diselamatkan, sisanya tewas, terluka, atau ditawan.
Market-Garden memang berhasil menguasai koridor jalan sepanjang 90 km, namun justru gagal menguasai ujungnya, jembatan di Arnhem sehingga gagal pula membangun pijakan di Rhine guna masuk ke Ruhr, dan selanjutnya ke Berlin.
Impian Sekutu mengakhiri perang lebih cepat pun raib.
Awal bencana ini tak lain karena dari mula Sekutu meremehkan laporan adanya dua divisi lapis baja Jerman di dekat Arnhem, serta memandang enteng kekuatan musuh yang baru terusir dari Perancis.
Intinya menghancurkan pasukan musuh yang sudah mundur seperti di Dunkirk ternyata tidak mudah. Apalagi jika pasukan musuh yang sedang mundur masih memiliki kekuatan dan persenjataan yang memadai.
Pasukan pengejar malah bisa hancur akibat salah strategi dan perhitungan.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR