Pimpinan grup ini Brigjen William L. Roberts dalam wawancara dengan Time, pernah menyatakan betapa KMAG berhasil membentuk militer Korsel menjadi kekuatan yang mampu mengatasi setiap ancaman dari Korut.
“Korsel memiliki tentara terbaik di luar AS,” katanya. Namun mereka tidak punya tank, senjata anti-tank, dan artileri berat.
Washington disebutkan tidak memberi senjata ini, dengan alasan khawatir para perwira Korsel garis keras, akan menggunakannya untuk menyerang Korut.
Pasukan penyerbu telah siap di tempat sejak Jumat 23 Juni, tinggal menunggu perintah terakhir.
(Baca juga: Kegagalan Masa Lampau Inilah yang Membuat Amerika Serikat Ketar-ketir untuk Menyerang Korea Utara Lagi)
Ketika jam menunjukkan pukul 04.00 pagi tanggal 25 Juni, Kapten Joseph Darrigo terbangun oleh gemuruhnya bunyi tembakan meriam.
Pada mulanya dia mengira terjadi lagi bentrokan bersenjata di perbatasan, mengingat hal seperti ini acap timbul dalam beberapa minggu terakhir.
Namun takala bunyinya semakin menghebat dan bumi bergetar, dia sadar sesuatu yang lebih besar sedang terjadi.
Darrigo adalah satu-satunya perwira KMAG yang ada di wilayah perbatasan.
Sedang yang lainnya bermalam minggu di Seoul, termasuk menghadiri pesta pembukaan gedung klub perwira AD Korsel.
(Baca juga: Nyatanya, Ancaman Nuklir Korea Utara Punya ‘Manfaat’ Juga Bagi Warga AS)
Dia segera melarikan jipnya ke Kaesong. Namun sampai di sana Darrigo takjub, menyaksikan serangkaian kereta api memasuki stasiun, dan dari gerbongnya berhamburan keluar pasukan Korut.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR