Pengungsi mulai mengalir sepanjang jalan raya dengan mcmbawa harta benda yang bisa dijinjing ke arah Weltevreden yang lebih tinggi letaknya. Pada pukul dua dan empat sore datang lagi gelombang pasang, tetapi kali ini kurang tinggi dibandingkan yang pertama kalinya.
Baca Juga : Awas! Selain Merapi, Inilah 4 Gunung Berapi Paling Aktif di Pulau Jawa
Di scbclah barat kini menjadi tenang dan kelam makin berkurang, sehingga matahari mulai nampak scbagai bercak merah kotor pada langit yang kelabu. Pada pukul lima petang saya diganti dan menerima perintah untuk segcra menyiapkan suatu pasukan yang akan diberangkatkan ke daerah yang terkena musibah di Sumatra Selatan.
Pada saat itu Betawi tidak seorang pun yang tahu dengan tepat apa sebenarnya yang terjadi di sebelah barat. Semua hubungan telegram dengan daerah yang terlanda malapetaka terputus.
Serang sunyi mencekam
Kalau di Jakarta air pasang itu tak mengambil korban terlalu besar, daerah pantai sebelah barat Jawa Barat yang lebih dekat dengan gunung yang sedang murka itu akibatnya cukup mengerikan. Di Tangerang, pantai utaranya digenangi sampai sejauh satu hingga satu setengah km dengan meminta korban manusia cukup besar.
Sembilan buah desa pantai musnah. Korban di daerah ini tercatat 1.794 orang penduduk asli dan 546 orang Cina dan Timur Asing lainnya.
Baca Juga : Fotografer Pemberani Abadikan Danau Lava Gunung Berapi Aktif yang Penuh Risiko
Di Serang suara gemuruh mulai tcrdengar pada pukul 3 siang, hari Minggu. Malamnya terus menerus tercium bau belerang dan guruh serta kilat terlihat dari arah Krakatau. Hari Seninnya langit di sebelah barat berwarna kelabu, lalu hujan abu turun tanpa hentinya.
Pukul setengah sebelas hari mulai kelam, dan makin menggelap, sehingga hampir tak terlihat apa-apa. Lewat pukul sebelas dikawatkan dari Serang bahwa terjadi hujan kerikil batu apung; tak lama kemudian hubungan telegram dengan Jakarta terputus.
Setelah hujan kerikil menyusul hujan lumpur, yakni abu basah melekat pada daun-daun dan dahan-dahan pohon sehingga kadang-kadang runtuh karena beratnya. Sekitar pukul 12 hujan lumpur ini terhenti, tetapi abu kering tetap turun.
Anehnya, selama itu di Serang tak terdengar letusan-letusan, bahkan suasana sangat sepi mencekam, yang membuat banyak orang makin gugup dan tertekan. Juga hewan peliharaan makin gelisah, mereka ingin sedekat mungkin dengan manusia di dalam rumah, di dekat lampu.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR