Advertorial
Intisari-Online.com -Semakin dekat dengan gunung berapi, semakin besar peluang kita untuk tewas ketika ia meletus.
Itu adalah kesimpulan mengejutkan dari lima ilmuwan yang telah mempelajari setiap kematian dari setiap gunung berapi di dunia dalam 617 tahun terakhir.
(Baca juga:Gunung Agung, 'Ring of Fire', dan 'Keakraban' Indonesia dengan Letusan Gunung Berapi)
Laporan mereka, “Volcanic fatalities database: analysis of volcanic threat with distance and victim classification”, belum lama ini telah diterbiktan oleh jurnal Journal of Applied Volcanology.
Pada penulis, dari University of Bristol’s School of Earth Sciences, mengumpulkan database dari semua kematian gunung berapi sejak tahun 1500 yang “berisi 635 catatan dari 278.368 korban jiwa.
Setiap rekaman berisi informasi tentang jumlah korban jiwa, penyebab fatal, tanggal kejadian, dan lokasi kematian dalam hal jarak dari gunung berapi.”
Di antara temuan mereka:
Penduduk lokal menjadi elemen yang paling sering menjadi korban jiwa, namun wisatawan, ahli vulkanologi, dan anggota media juga diidentifikasi sebagai korban umum.(Baca juga:Bermodal Truk, para Relawan Ini Evakuasi Hewan Ternak dan Peliharaan dari Ancaman Gunung Agung)Ada 1.508 gunung berapi aktif yang berada di 86 negara dan wilayah stambahan di seluruh dunia.
Lebih dari 29 juta orang di seluruh dunia hidup hanya 6,9 mil dari gunung berapi aktif dan sekitar 800 juta tinggal dalam radius 100 km, yang merupakan jarak potensi bahaya jika gunung berapai tersebut meletus.
Gunung berapi bisa mendatangkan beragam bahaya yang berpotensi mematikan. Di antaranya arus kerapatan piroklastik; tsunami; lahar; tephr; balistik; salju longsor; aliran lava; gas; dan kilat.
Gunung berapi yang paling mematikan sejak tahun 1500 adalah letusan Gunung Krakatau tahun 1883 di Indonesia, yang menghadirkan tsunami dan memakan 36 ribu korban jiwa.
Sementara penduduk lokal adalah korban terbesar, kelompok pengunjung termasuk ilmuwan, wisatawan, media, dan responden darurat juga terlibat dalam 152 insiden fatal yang mengakibatkan 823 korba tewas, 76 persen di antaranya terjadi dalam 5,0 mil atau dalam kaldera.
Selain memberi tahu kita betapa berbahayanya gunung berapi, catatan ini juga punya tujuan lain: untuk memenuhi tuntutan 2015 Sendai Framework for Disaster Risk Reduction, sebuah dokumen PBB yang meminta pemahaman akan risiko bencana dan pengurangan kematian akibat bencana ini pada 2030.
“Dengan demikian,” para ilmuwan menyimpulkan, “pengumpulan data kematian secara sistematis sangat penting. Sejalan dengan persyaratan Sendai, kami merekomendasikan agar korban vulkanik di masa yang akan datang tercatat dengan setidaknya meliputi kreteria dasar seperti jenis kelamin, lokasi, tanggal kematian, dan penyebab fatal.”
Data pendukung lain teramasuk nama korban, usia, pekerjaan, atau aktivitas saat ia meninggal, juga tempat tinggal.