Kekhawatiran Carter bahwa maling akan berdatangah beralasan. Hampir semua makam yang ditemukan para arkeologi di Lembah Raja-raja semua sudah habis dirampok. Misalnya milik Sethos I, Ramses I dan banyak firaun besar. Namun sering perampokan itu sudah terjadi di jaman kuno.
Di atas sebuah gulungan papirus kuno ada protokol pengadilan terhadap seorang anggota kelompok perampok makam yang dilakukan lebih dari 3000 tahun yang lalu.
Menurut Arnold C. Brackmann dalam bukunya "Mereka menemukan dewa emas" ini merupakan berita tertua di dunia mengenai kejahatan yang terorganisir.
Separuh dari gerombolan yang terdiri dari 39 orang itu termasuk golongan tinggi keagamaan. Di antara mereka terdapat pendeta tinggi yang ikut membalsam firaun tersebut. Mereka tentu tahu liku-liku makam.
Baca Juga : Inilah Abu Simbel: Kuil Agung dari Masa Firaun Ramses II yang 'Bergerak'
Biarpun mereka percaya bahwa merusak jenasah akan mengusik keabadian jiwa, mereka toh berbuat demikian dengan mengkhianatinya sehingga perampok bisa menemukan makam. Mummi dibiarkan rusak dan harta kekayaan diambil.
Firaun selalu berusaha untuk menghindari kejahatan seperti itu. Pada akhir abad ke 19 arkeolog Sir William Petrie telah menemukan lorong dalam sebuah makam. Berminggu-minggu lamanya timnya menggali terus. Ternyata lorong buntu.
Rupanya itu lorong untuk menyesatkan para perampok. Satu-satunya yang ditemukan Sir William ialah koran Paris tua yang ditinggalkan seorang maling modern setelah ia masuk kedalam makam palsu itu.
Mata patung bergerak
Baca Juga : Tentara Bayaran Pemburu ‘Uang Berdarah’, Ternyata Sudah Ada Sejak Zaman Firaun
Pada tanggal 24 Nopember 1922 Carter ke Kairo untuk menyambut Lord Carnarvon, cukongnya selama ini. Kali ini bangsawan itu tidak datang dengan isteri tetapi dengan puterinya yang masih muda, Lady Evelyn.
Bertiga mereka langsung ke Luxor. Kali ini Lord Carnarvon sudah dijangkiti demam ingin tahu. Ia sudah mencairkan uang lebih banyak untuk melakukan pencarian lebih lanjut.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR