Advertorial

Di Museum Ini, Pengunjung Akan Dipandu oleh Mumi Raja Tutankhamun

Khena Saptawaty
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Museum Egyptian di Mesir menjadikan mummi Tutankhamun sebagai pemandu pengunjung. Mummi itu diproyeksikan dengan agugmented reality (AR).
Museum Egyptian di Mesir menjadikan mummi Tutankhamun sebagai pemandu pengunjung. Mummi itu diproyeksikan dengan agugmented reality (AR).

Intisari-Online.com – Sebuah kejutan menanti para pengunjung Museum Egyptian di Kairo, Mesir.

Para pengunjung bisa menikmati museum yang terkenal itu dengan panduan secara pribadi dari Raja Tutankhamun.

Raja Mesir Kuno itu ‘dihidupkan’ dengan lewat proyek augmented reality (AR) yang dikembangkan oleh seorang peneliti bangsa Mesir di University of Staffordshire.

Raja Tut, panggilan dari RajaTutankhamun, muncul sebagai sebuah hologram ditempatkan di tengah pameran, dimana para pengunjung dapat melihat dengan jelas gambarannya melalui sebuah headset HoloLens AR Mikrosoft.

Alat itu dikombinasikan dengan lingkungan fisik dalam sebuah ruangan virtual 3 dimensi (3D).

Baca juga:Mengenal Welupuk Elosak dan Wim Motok Mabel, Mumi Tertua yang Berasal dari Indonesia

Ketika orang-orang memakai headset, museum akan terlihat menjadi gambaran virtual 360 derajat dari kuil Raja Tut dalam masa kuno.

Lalu, dinding museum akan bertransformasi menjadi sebuah kolom-kolom raksasa.

Pengunjung dapat melihat para penjaga, para ratu, karakter-karakter kuno lainnya, sementara Raja Tut akan muncul untuk memperkenalkannya sebelum memamerkan kekuatan dan kekayaannya.

Proyek ‘MuseumEye’ dikembangkan oleh Ramy Hammady, sebagai bagian dari penelitiannya untuk meraih gelar PhD, dengan tujuannya, untuk menghidupkan artefak-artefak di Museum Egyptian.

Baca juga:Mumi Rosalia Lombardo, Mumi Tercantik yang Dijuluki Sleeping Beauty dan Bisa Berkedip

Artefak-artefak itu, untuk alasan keamanan, biasanya dipamerkan dibalik kotak kaca dengan interaksi terbatas bagi pengunjung.

“Aku ingin meningkatkan ketertarikan orang dan untuk membuat mereka merasa sedang traveling ke masa yang lain,” kata Hammady, seperti dikutip dari egypindependent.com.

Peneliti berusia 30 tahun itu ingin melihat bagaimana teknologi dapat digunakan untuk membuat pengalaman di museum jadi lebih menarik.

Ia sudah mengunji proyeknya itu selama tujuh hari bagi 141 pengunjung di Museum Egyptian, dimana ia gembira dengan timbal balik yang mengesankan dari pengunjung akan pengalaman itu.

“Kerumunan orang berharap untuk mencoba alat itu, mereka berinteraksi luar biasa dengan pengalaman itu,” kata Hammady lagi.

Museum Egyptian menerima pengalaman itu, tetapi mereka tidak memperlihatkan tanda-tanda menjanjikan apapun akan adopsi proyek itu secara permanen bagi para pengunjung.

Baca juga:Demi Mencapai Pencerahan Sempurna, Para Biksu Jepang Melakukan Pertapaan dan Mengubah Dirinya Menjadi Mumi

Artikel Terkait