Tengah malam (tanggal 1 Oktober), Sarwo Edhie mendapat perintah untuk menyerbu Halim Perdana Kusuma.
Perintah itu datang dari Pak Harto, dan didapat di kantor KOSTRAD, di mana waktu itu Pak Nasution hadir juga.
Dipilih waktu malam atau tepatnya menjelang dinihari menuju Halim adalah untuk menghindari jatuhnya korban.
Pasukan ke Halim ini dipecahkan menjadi dua poros. Dari arah timur bergerak lima tim RPKAD dengan satu kompi panser.
Sedangkan satu lagi dari arah Cawang bergerak batalyon Raider yang diperkuat 22 buah tank. Kesemuanya ini di bawah komando Sarwo Edhie.
Sampai di daerah Halim, matahari hampir muncul, sehingga pelaksanaan penyerangan menjadi tergesa-gesa. Ada panser yang nyasar masuk ke Halim lebih dulu dan sebagainya.
Baca Juga : Gerakan 30 September: Hilangnya Catatan Jujur Sarwo Edhi Wibowo dan Surat Pengakuan Aidit
Salah satu tujuan penyerangan ke Halim ini adalah untuk mencari para jenderal yang diculik.
Namun setelah Halim berhasil diduduki, nasib para jenderal belum diketahui. Ketika itu Pak Sarwo mendapat informasi bahwa Pak Harto diminta menghadap Presiden Sukarno di Bogor.
"Karena tugas ke Halim adalah atas perintah Pak Harto, maka saya pun menyusul beliau ke Bogor. Dalam arti sebelum Pak Harto berjumpa dengan Bung Karno, akan saya laporkan perkembangan Halim kepada beliau.
Namun ternyata di Istana Bogor saya tidak berhasil menjumpai Pak Harto, karena beliau belum datang. Saya kembali ke Halim dan kemudian melanjutkan perjalanan ke KOSTRAD. Pada saat itu KOSTRAD sudah kosong dan sudah pindah ke Senayan.
Ternyata Pak Harto sudah menuju Bogor melalui darat, sedangkan saya mempergunakan helikopter. Hal ini saya laporkan kepada Pak Nasution dan Pak Sarbini yang berada di KOSTRAD Senayan waktu itu."
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR