Di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang, percepatan itu dikurangi dengan memisahkan bagian atas dan bagian bawah bangunan menggunakan peredam karet. Seperti halnya mobil, yang harganya mahal tentu lebih lembut guncangannya ketimbang mobil murah ketika melewati jalanan rusak. Karet berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 15 cm dan tinggi 20 cm itu dipasang di antara lantai satu dan lantai dua atau tembok dengan atap kalau bangunan itu berlantai satu. Teknik ini sudah diterapkan di salah satu bangunan di daerah Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.
Di atas umpak
Memang, jer basuki mawa bea, untuk mendapatkan nilai lebih dibutuhkan biaya yang lebih juga. Jika sejumlah alternatif tadi masih dirasa belum terjangkau, Akademi Teknik Mesin Indonesia (ATMI) di Surakarta menawarkan konsep terbaru rumah antigempa lain yang diberi nama "Smart Modula". Konstruksi rumah ini sangat lentur, mudah dibangun dengan sistem bongkar-pasang, dan cukup kukuh.
Awalnya, ide ini bukan sebagai rumah tahan gempa, tapi pengganti tenda darurat pascabencana. Konsep awal yang menyerupai kontainer tidak bisa berkembang karena beratnya. Ide itu kembali digali saat terjadi gempa di NAD dan Pulau Nias. Meski konsepnya rumah sederhana, menurut penciptanya yang juga Direklur ATMI, B.B. Triairnoko, SJ, standar kualitasnya bisa dipertanggungjawabkan.
Struktur kerangka utama "Smart Modula" menggunakan besi kanal C. Semula digunakan besi pipa yang dinilai kuat dan kukuh, tapi Triatmoko lalu memilih besi kanal C karena lebih ringan dan cukup dirakit oleh tiga orang. Juga tidak diperlukan derek lagi seperti saat menggunakan keranga besi pipa.
Ada dua jenis besi kanal C yang digunakan, yakni hot deep galvanis dan zinc alumunium (54% Zn, 46% Al). Jenis pertama mampu bertahan sekilar 10 - 15 tahun tanpa dilapisi pelindung atau cat. Sementara zinc alumunium yang dilapisi pelindung antikarat mampu bertahan bingga 20 tahun.
Struktur itu sanggup menahan getaran gempa karena dihubungkan dengan batu. Agar bisa bergerak fleksibel saal terkena guncangan hebat, lubang baut sengaja dibuat berbentuk oval. Ada semacam ruang yang memungkinkan baut bergerak ke kiri dan dan ke kanan maupun ke atas dan ke bawah. Struktur utama "Smart Modula" ditopang oleh umpak batu di setiap sudut rumah. Ini mengingatkan kita pada model rumah tradisional Jawa yang kini sudah banyak ditinggalkan.
Bobot konstruksi akan jauh berkurang jika besi kanal C diganti dengan bahan serai (fiber) komposit. Lagi-lagi ini akan mengurangi jumlah tenaga kerja dan mempercepat pengerjaan. Untuk bisa mengangkat serat komposit sepanjang ruas utama kerangka rumah hanya diperlukan tenaga satu orang. Sedang untuk mengangkal besi kanal C dibutuhkan minimal dua orang.
Teknologi serat komposii yang sudah dikembangkan di Cina ini sudah dikuasai oleh pihak ATMI. Selain tahan karat dan api, kekuatannya sebanding dengan besi kanal C. Hanya saja jika dikaitkan dengan konsep sederhana, menjadi agak kedodoran sebab harga serat komposit jauh lebih mahal.
Mau pilih konsep rumah tahan gempa yang mana? Jawabannya tentu tergantung pada anggaran yang ada. Yang pasti, dengan rumah antigempa korban jiwa bisa dikurangi ketika kulit Bumi sedang genit “bergoyang pinggul”. Datangnya gempa memang bisa diprakirakan, tapi kapan persisnnya akan terjadi, tidak ada yang lahu pasti.
Mengingat wilayah kita termasuk kawasan yang dikepung oleh potensi ancaman gempa bumi, maka segeralah kenakan "sabuk keselamatan" di rumah Anda!
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR