“Musim panas 2005 saya tinggalkan keluarga, mencari apartemen paling murah di Rivington Street (tempat komunitas seniman dan artis), dan makan seadanya sampai ada orang yang mau mendengarkan (saya),” tuturnya.
Menciptakan lagu untuk Britney
Kisah Gaga selanjutnya seperti cerita klasik tentang meniti karier di industri musik Amerika Serikat yang kompetitif dan kejam. Sempat membentuk SG Band (singkatan Stefani Germanotta Band) yang menghasilkan dua album, Gaga kemudian bekerja sama dengan eksekutif produser bernama Vincent Herbert. Kerja samanya dengan Herbert itulah yang mempertemukannya dengan Akon, penyanyi hip hop terkenal, yang amat meyakini bakat Gaga. Gaga akhirnya dikontrak oleh perusahaan rekaman Interscope.
Tahun 2008, ia pindah ke Los Angeles untuk konsentrasi penuh menggarap album pertamanya, The Fame. Dan selanjutnya, karier Gaga bergulir macam bola salju, yang gelindingannya kian hari kian kencang dan membesar.
Gaga jelas tak puas hanya menjadi penyanyi rekaman yang sukses. Seorang kritikus musik, di Wall Street Journal menyebut salah satu kostum panggungnya membuat dia seperti pengungsi dari luar angkasa. Lewat tim kreatifnya di Haus of Gaga, ia selalu menampilkan konsep panggung yang matang dan mengejutkan. Katakanlah dalam acara Grammy Awards 2011, ia “menetas” dengan sangat dramatis dari sebutir telur raksasa. Pernah juga ada sarang burung menempel di kepalanya.
Alice Cooper, rocker gaek yang di masa jayanya di tahun ‘70-an memperkenalkan aksi teatrikal “horror” untuk musik heavy metalnya, berkomentar, “Dia sungguh seorang penghibur. Tetapi segala kenyentrikan Gaga di panggung (bisa) disukai orang, pertama-tama karena dia memang bisa menyanyi.”
Source | : | majalah intisari extra 2012 |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR