Itu adalah perjalanan kembali.
Selama bertahun-tahun, beban ini telah meninggalkan alur yang dalam dan permanen di pundaknya.
Dia membawa beban belerang di pundaknya, kira-kira 80 kilogram!
"Asap itu membakar mataku tetapi itu bukan racun," dia bersikeras.
Baca juga: Pantas Pangeran Harry Nikahi Meghan yang Seorang Janda! inilah Daya Tarik Janda Dibanding Gadis
"Aku sudah terbiasa dengan pekerjaan ini, jadi itu tidak benar-benar menyakitiku."
Mistari berumur 42 tahun.
Butuh waktu sekitar setengah jam untuk menyelesaikan pendakian ke puncak gunung berapi.
"Aku tidak pernah sakit punggung," dia menjelaskan.
"Hanya lututku yang sedikit sakit."
Mistari mengatakan rata-rata ia menghasilkan sekitar Rp 150 ribu.
Beberapa penambang memindahkan belerang mereka ke troli kecil yang dibawa menuruni gunung.
Seorang penambang, bernama Osen, tidak memiliki 'kemewahan' itu.
"Saya tidak bisa membeli troli, jadi saya harus membawa belerang ke bawah," katanya.
Pria itu mengangkut 95 kilogram sulfur dengan jarak sekitar empat kilometer.
Baca juga: Wow, Penambang Ini Temukan Zamrud Seberat 360 Kg. Harganya Cukup untuk Bangun Trans Papua
"Di sini panas di punggungku," katanya, menunjuk titik di bahunya di mana dia membawa beban berat.
Para penambang bersikeras bahwa mereka menghasilkan uang yang baik di tempat yang mungkin menjadi salah satu pekerjaan yang paling berbahaya di dunia.
Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai petani, penghasilannya jauh lebih sedikit.
Mistari mengatakan dia tidak ingin putranya yang berusia 14 tahun untuk mengikuti jejaknya yang menyakitkan.
"Tidak, tidak, aku tidak ingin anakku bekerja seperti ini," katanya, menggelengkan kepalanya. (Adrie P. Saputra)
Source | : | Edition.cnn.com |
Penulis | : | Adrie Saputra |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR