seseorang selama beberapa jam kedalam air es atau air yang lambat laun didinginkan sampai titik beku. Biasanja "kelinci" tidak akan keluar hidup-hidup dari percobaan semacam itu.
Namun perlu juga kiranya dikatakan bahwa didalam alam kekejaman itu ada pula titik terang. Diantara komandan kamp yang terkenal kejam, ada juga yang masih mempunyai perasaan prikemariusiaan.
Salah seorang diantaranya ialah Weiss. Ia melarang kepala-kepala bagian untuk memukul bawahannya , memperbolehkan orang-orang luar mengirim paket makanan dan ia tidak melakukan perintah Himmler untuk membom dan membakar Dachau bersama dengan "isinya" pada malam tanggal 28/29 April 1945.
Namun tragisnya Weiss kemudian dihukum mati oleh Sekutu. Mungkin berdasarkan penandatangan dan pelaksanaan hukuman mati yang diperintahkan dari Berlin.
Baca juga: Buchenwald, Kamp Konsentrasi Nazi yang Kini Menjadi Tempat Penampungan Pengungsi
Disamping itu ada juga kejadian yang hampir tidak dapat dipercaya. Pada tanggal 14 November 1942, suatu kelompok tahanan tiba di Dachau dari Stutthof. Waktu rombongan tiba, beberapa tahanan yang sudah mati ada yang sudah digerogoti rekan-rekannya.
Dari enam diantaranya anggota badannya tinggal tulangnya saja, karena dagingnya telah dimakan rekan-rekannya yang sudah tidak tahan lapar karena hampir tidak diberi ransum selama 15 hari itu. Kanibalisme di Eropah pada tahun 1942.
Titik terakhir dari jalan sengsara itu ialah tempat pembakaran mayat, yang sampai sekarang masih dapat dilihat seperti apa adanya. Bedanya dengan jaman Hitler ialah bahwa ruangan itu kini penuh dengan karangan-karangan bunga.
Kamar-kamar gas juga sudah siap, namun yang di Dachau ini belum sempat dipergunakan. Sel-sel douche yang ternyata saluran gas beratjun. Entah sugesti ataukah memang begitu. Namun seakan-akan bau mayat itu masih tetap meliputi ruang itu.
Diatas dikatakan bahwa orang-orang Jerman sekarang ini tidak berusaha menutup-nutupi kejahatan-kejahatan yang terjadi di Dachau pada jaman Hitler. Mereka secara bathiniah memisahkan diri dari jaman itu, dan memandang rejim Hitler dengan nasio sosialismenya yang menginjak-injak hak-hak azasi manusia, sebagai kejahatan terkutuk.
Baca juga: Nasib Anak-anak Para Pemimpin Nazi: Ternyata Ada yang Meneruskan Cita-cita Nazisme Ayah Mereka
Tetapi merekapun merasa seolah-olah harus ikut memikul tanggung jawab dari apa yang telah dilakukan bangsanya dari generasi terdahulu. Pada tahun 1960 ketika di Munich diadakan Konggres Ekaristi Internasional — suatu kebaktian dari umat Katholik — ribuan pemuda-pemudi Jerman mengadakan ziarah ketempat itu.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR