Barang-barang yang ditawarkan dapat berupa barang elektronik, furnitur, atau alat-alat rumah tangga. Kenapa disebut sebagai barang konsumsi? Sebab, tujuan kepemilikan barang itu memang untuk konsumsi dan barang itu tidak akan memberi manfaat berupa pertambahan nilai, baik dari barang itu sendiri maupun dari penggunaannya. Sifat kredit ini juga jangka pendek.
Berbeda dengan kredit barang konsumsi, kredit barang investasi memang difokuskan untuk membantu kepemilikan akan barang investasi. Barang investasi di sini merujuk pada barang yang dapat bertambah nilainya karena barang itu sendiri maupun karena penggunaan barang itu.
Misalnya rumah, tanah, apartemen, ruko, kendaraan yang disewakan, dan sebagainya. Sifat kredit ini berjangka menengah dan panjang, sekitar 5 - 20 tahun.
Sekarang, dari ketiga jenis kredit tadi mana yang paling menguntungkan? Ingat lo, ini kredit. Bagaimanapun kita harus membayar lebih karena memperoleh barang tidak secara tunai. Namun, ada hal yang harus diperhatikan agar tidak terjepit dan terlilit kredit.
Pertama, bandingkan produk dan tawarannya. Bila sudah memutuskan untuk membeli barang secara kredit, jangan malu membandingkan semua aspek yang terdapat pada penawarannya.
Perhatikan syarat-syarat dan kondisi yang diminta oleh pemberi kredit. Mintalah penjelasan selengkap mungkin tentang cara perhitungan kredit, bahkan denda yang mungkin akan dikenakan bila terjadi keterlambatan pembayaran.
Selain itu, cermati produk yang akan dibeli. Produk dengan merek yang sudah terkenal pasti memiliki harga penjualan yang lebih tinggi dari produk yang mereknya belum terkenal.
Apabila merek produk itu hampir setara, coba bandingkan layanan purnajualnya. Bila ada yang memberi garansi produk yang lebih panjang dengan harga yang relatif lebih murah, kenapa tidak dipilih?
Kedua, perhatikan bunganya, jangan rupiahnya! Maksudnya, bila ingin membeli secara kredit, jangan tergiur pada berapa jumlah rupiah yang akan dibayarkan, tapi perhatikan berapa bunga yang dikenakan pada barang itu.
Misalnya, harga pesawat TV 29 inci bermerek X Rp3 juta. Toko A menjualnya dengan iming-iming sebagai berikut: "Harga Rp3 juta, Angsuran Rp320.000,- x 12, Bonus 1 x angsuran". Barang yang sama di toko B ditawarkan dengan janji berikut: "Harga Rp3 juta dengan bunga 1,75% per bulan selama 12 bulan".
Mana lebih murah?
Bila kita tidak menghitung bunga, kita akan mengira harga di Toko A lebih murah, hanya 11 x angsuran. Namun, mari kita hitung: harga di Toko A Rp320.000,- x 11 = Rp3.840.000,-.
Sementara di Toko B dengan bunga 1,75% angsurannya menjadi Rp302.500,-. Bila 12 x angsuran diperoleh angka Rp3.630.000,-. Terlihat 'kan bedanya? Sekali lagi, cermati dan perhatikan dengan saksama promosi yang dilakukan di toko-toko itu.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR