Intisari-Online.com -Sekarang ini, apa sih yang tidak bisa dikredit? Gilanya lagi, nilai angsuran dan DP yang ditawarkan bisa amat rendah. Motor misalnya, hanya dengan DP setengah juta rupiah sudah bisa membawa pulang motor.
Mobil, hanya dengan duit di kisaran Rp10 juta sudah bisa wara-wiri dengan leluasa. Hanya saja, jangan sampai terkena jebakan kredit.
(Baca juga: Memandang Kartu Kredit Dari Kaca Mata Yang Berbeda)
Kasus meninggalnya Irzen Octa (2011) berkaitan dengan tunggakan kartu kreditnya mengagetkan kita semua. Kita seperti diingatkan untuk berhati-hati dengan utang. Tunggakan yang makin lama makin menggunung membuat pihak bank mengerahkan jasa penagih utang. Di sinilah kita baru menyadari bahwa rayuan pemberi kredit yang begitu manis bisa berujung maut.
Tak bisa dipungkiri memang bahwa kita sulit untuk lepas dari jeratan kredit. Di saat mengandalkan gaji yang pas-pasan untuk ditabung, kredit merupakan solusi yang menggiurkan dalam memenuhi kebutuan konsumsi atau investasi.
Bisa saja dengan menabung, tapi selama mengumpulkan uang kita tidak bisa memanfaatkan barang idaman. Belum begitu uang terkumpul harga sudah naik atau barang diskontinu.
(Baca juga: Kredit Mobil Lewat Aplikasi, Kenapa Tidak? Begini Caranya)
Jika dicermati, setidaknya ada tiga jenis kredit yang ditawarkan kepada konsumen perorangan. Kredit uang tunai, kredit barang konsumsi, dan kredit barang investasi. Kredit uang tunai adalah kredit yang menawarkan pinjaman berupa uang tunai.
Biasanya, kredit jenis ini ditawarkan melalui kartu kredit dengan nama cash advance, kredit multiguna, atau yang lagi gencar ditawarkan, yaitu kredit tanpa agunan atau jaminan.
Kredit jenis ini ditawarkan kepada mereka yang sedang membutuhkan uang untuk keperluan jangka pendek. Berhubung mudah persyaratannya dan tanpa perlu jaminan, kredit ini biasanya memasang bunga cukup tinggi. Ini perlu diperhatikan sebelum meneken kontrak.
Sedangkan kredit barang konsumsi yaitu kredit dengan menawarkan barang sebagai objek yang dapat dikredit. Lagi-lagi kartu kredit rata-rata mengusung fasilitas ini. Selain itu ada perusahaan pembiayaan dan toko penjual barang tersebut.
Kredit jenis ini memang difokuskan bagi mereka yang membutuhkan barang tertentu, tapi belum atau tidak memungkinkan untuk dapat membayarnya secara tunai.
Barang-barang yang ditawarkan dapat berupa barang elektronik, furnitur, atau alat-alat rumah tangga. Kenapa disebut sebagai barang konsumsi? Sebab, tujuan kepemilikan barang itu memang untuk konsumsi dan barang itu tidak akan memberi manfaat berupa pertambahan nilai, baik dari barang itu sendiri maupun dari penggunaannya. Sifat kredit ini juga jangka pendek.
Berbeda dengan kredit barang konsumsi, kredit barang investasi memang difokuskan untuk membantu kepemilikan akan barang investasi. Barang investasi di sini merujuk pada barang yang dapat bertambah nilainya karena barang itu sendiri maupun karena penggunaan barang itu.
Misalnya rumah, tanah, apartemen, ruko, kendaraan yang disewakan, dan sebagainya. Sifat kredit ini berjangka menengah dan panjang, sekitar 5 - 20 tahun. Sekarang, dari ketiga jenis kredit tadi mana yang paling menguntungkan? Ingat lo, ini kredit. Bagaimanapun kita harus membayar lebih karena memperoleh barang tidak secara tunai. Namun, ada hal yang harus diperhatikan agar tidak terjepit dan terlilit kredit.
Pertama, bandingkan produk dan tawarannya. Bila sudah memutuskan untuk membeli barang secara kredit, jangan malu membandingkan semua aspek yang terdapat pada penawarannya.
Perhatikan syarat-syarat dan kondisi yang diminta oleh pemberi kredit. Mintalah penjelasan selengkap mungkin tentang cara perhitungan kredit, bahkan denda yang mungkin akan dikenakan bila terjadi keterlambatan pembayaran.
Selain itu, cermati produk yang akan dibeli. Produk dengan merek yang sudah terkenal pasti memiliki harga penjualan yang lebih tinggi dari produk yang mereknya belum terkenal.
Apabila merek produk itu hampir setara, coba bandingkan layanan purnajualnya. Bila ada yang memberi garansi produk yang lebih panjang dengan harga yang relatif lebih murah, kenapa tidak dipilih?
Kedua, perhatikan bunganya, jangan rupiahnya! Maksudnya, bila ingin membeli secara kredit, jangan tergiur pada berapa jumlah rupiah yang akan dibayarkan, tapi perhatikan berapa bunga yang dikenakan pada barang itu.
Misalnya, harga pesawat TV 29 inci bermerek X Rp3 juta. Toko A menjualnya dengan iming-iming sebagai berikut: "Harga Rp3 juta, Angsuran Rp320.000,- x 12, Bonus 1 x angsuran". Barang yang sama di toko B ditawarkan dengan janji berikut: "Harga Rp3 juta dengan bunga 1,75% per bulan selama 12 bulan".
Mana lebih murah?
Bila kita tidak menghitung bunga, kita akan mengira harga di Toko A lebih murah, hanya 11 x angsuran. Namun, mari kita hitung: harga di Toko A Rp320.000,- x 11 = Rp3.840.000,-.
Sementara di Toko B dengan bunga 1,75% angsurannya menjadi Rp302.500,-. Bila 12 x angsuran diperoleh angka Rp3.630.000,-. Terlihat 'kan bedanya? Sekali lagi, cermati dan perhatikan dengan saksama promosi yang dilakukan di toko-toko itu.
Ketiga, bila memungkinkan, beli kredit tanpa uang muka dan atau bunga 0%. Ini mungkin yang cukup ideal. Ada beberapa penawaran yang memberikan kemudahan dengan kredit tanpa uang muka dan bunga dihitung 0%.
Bila saat ini ada, dan yakin akan keadaan keuangan kita ke depan akan mampu mengatasi pengeluaran pinjaman ini, produk ini sangat "menguntungkan" bagi kita.
Pada beberapa hipermarket, program ini secara berkesinambungan selalu ditawarkan. Memang, penawarannya tidak selalu uang muka yang 0% sekaligus bunga 0%, tapi minimal salah satunya yang ditawarkan. Uang muka 0% atau bunga 0%.
Apakah penawaran kredit ini juga dilakukan di luar hipermarket? Ya! Ini pernah ditawarkan. Coba perhatikan brosur-brosur tambahan tagihan kartu kredit yang biasa kita terima.
Kita dapat menemukan tawaran itu misalnya, "Bunga 0% untuk tiga bulan, enam bulan, dan seterusnya." Beberapa toko juga menawarkan program kredit seperti ini melalui kerja sama dengan melalui perusahaan pembiayaan maupun kartu kredit.
Keempat, jangan menggunakan kredit jangka pendek untuk kebutuhan jangka panjang. Anda tahu kenapa kredit jangka pendek relatif gampang diluluskan? Karena bunga yang ditawarkan relatif tinggi bila dibandingkan dengan kredit jangka panjang.
Dengan kemudahan yang ditawarkan, bank akan mengurangi risiko dengan meningkatkan bunga yang harus dibayar oleh konsumen. Jadi, bila memiliki tujuan kredit untuk jangka panjang, jangan sekali-kali mengambil produk kredit jangka pendek. Kalau itu terjadi, kita bisa keteteran saat membayar bunganya kelak.
Gambarannya begini. Kita ingin membeli tanah dengan harga Rp60 juta. Bila diambil melalui kredit investasi, kita akan dikenakan bunga - misalnya - sekitar 15% per tahun.
Namun, mereka membutuhkan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, seperti adanya agunan atau jaminan. Selain itu kita bisa memperoleh dana yang sama, sebesar Rp60 juta, tapi melalui produk kredit yang lain, yaitu kredit tanpa jaminan atau tanpa agunan. Mau tahu berapa bunga yang harus kita tanggung? "Hanya" sebesar 2% per bulan (atau 24% per tahun) dan dihitung flat! Jika jangka waktu kredit tiga tahun, bunga itu menjadi sebesar 72%. Wow ... mengerikan!
Pada akhirnya, sistem kredit dibuat dengan maksud agar kita dimungkinkan memiliki suatu barang tanpa harus memiliki uang seharga barang tersebut pada saat itu juga. Tentu saja untuk mengurangi kerugian, perusahaan mengenakan tambahan harga. Apakah itu menguntungkan atau tidak, tergantung pada kebutuhan dan kemampuan kita.
Mana cara yang dipilih? Terserah Anda!
(Sumber: Intisari Family Financial Planning)