Dalam suratnya kepada anak keluarga Abendanon tanggal 27 Januari 1903 Kartini menulis:
"Percakapan kami di pantai menghasilkan keputusan, kami segera menyampaikan permohonan kepada Gubernur Jenderal dengan persetujuan orang tua, agar kami diberi kesempatan oleh pemerintah untuk menamatkan pendidikan di... Betawi !"
Surat tersebut juga menjelaskan sebab-sebab Kartini membatalkan niatnya berangkat ke Belanda.
Kartini khawatir kepergiannya ke Belanda dalam waktu yang lama membuat rakyat melupakannya, padahal kepergiannya bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat mereka.
Kartini khawatir dengan kondisi kesehatan ayahnya yang sudah tua, yang sewaktu-waktu bisa terserang oleh penyakit yang membutuhkan perawatan.
Belajar di Belanda membutuhkan waktu yang cukup lama, sementara jika belajar di Batavia maka bisa segera mempraktekan ilmunya.
Janji Mr. Abendanon yang mengizinkan Kartini untuk membuka sekolah meski belum mengikuti ujian pendidikan guru.
Keputusan Kartini tidak berangkat ke Belanda membuat teman-teman yang memperjuangkan dirinya kecewa.
Kartini berusaha menjelaskan kepada teman-temannya tentang budaya masyarakatnya yang masih belum semaju masyarakat yang tinggal di Belanda.
Setelah batal sekolah ke Belanda, Kartini dan adiknya Roekmini memutuskan membuka sekolah untuk anak gadis.
Sekolah itu untuk menekankan pembinaan budi pekerti dan karakter anak.
Pada Juni 1903, kegiatan sekolah dimulai di pendopo kabupaten.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR