Hingga akhirnya pada 2 Mei 1898, tiga bersaudara tersebut tak lagi dipingit.
Kebebasan tiga saudara ditandai dengan ikutnya mereka dalam kunjungan Bupati Sosroningrat ke Semarang menghadiri perayaan penobatan Ratu Wilhelmina.
Kartini membagi kebahagian tersebut kepada Stella melalui surat:
“Kami diperkenankan meninggalkan kota kediaman kami dan ikut pergi ke ibukota menghadiri perayaan penghormatan kepada Sri Ratu. Lagi kemenangan yang besar, amat besar yang sangat patut kami hargai."
Sejak saat itu Kartini dan adik-adiknya berkunjung ke desa-desa dan berdialog dengan warga.
Salah satu permasalahan yang berhasil diselesaikan Kartini adalah kemiskinan yang membelit para pengrajin ukir di Kampung Belakanggunung.
Hasil karya pengrajin dihargai murah dan tak sebanding dengan jerih payah yang telah mereka lakukan.
Mendengar itu, Kartini langsung menghubungi orang Belanda di Semarang dan Batavia untuk membantu mempromosikan kerajinan seni ukir Jepara.
Kartini menugaskan kepada pengrajin ukir dari Belakanggunung membuat berbagai macam furnitur dan kerajinan untuk dipasarkan ke Semarang, Batavia, bahkan Belanda.
Harga kerajinan mereka mampu dijual dengan harga yang tinggi, sehingga kesejahteraan pengrajin bisa meningkat.
Dengan cara yang sama Kartini juga berhasil meningkatkan kesejahteraan pengrajin emas dan tenun yang ada di Jepara.
Kartini batal kuliah di Belanda
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR