Pemimpin tertinggi Iran, meskipun awalnya mendukung hasil pemilu, kemudian menyuarakan perlunya penyelidikan resmi terhadap dugaan kecurangan tersebut.
Pada 3 Agustus 2009, Ayatollah Ali Khamenei secara resmi menetapkan Ahmadinejad sebagai presiden, meskipun upacara pelantikan tersebut tidak dihadiri oleh sejumlah tokoh politik oposisi.
Mengakhiri Masa Kepresidenan
Pada tahun 2011, perseteruan muncul antara Ahmadinejad dan pemimpin tertinggi Iran, Khamenei, yang dipicu oleh pemecatan menteri intelijen, seorang sekutu Khamenei.
Konflik ini meluas menjadi perang dukungan publik antara Ahmadinejad dan Khamenei.
Pada bulan Maret 2012, Ahmadinejad dipanggil oleh Majelis Iran untuk diinterogasi terkait kebijakan dan perselisihannya dengan pemimpin tertinggi.
Pemanggilan presiden oleh Majelis menjadi yang pertama dalam sejarah Iran, memunculkan spekulasi tentang menurunnya dukungan politik terhadap Ahmadinejad.
Penurunan dukungan tersebut tercermin dalam hasil pemilihan legislatif, dan akhirnya masa jabatan Ahmadinejad berakhir pada Agustus 2013, digantikan oleh Hassan Rouhani.
Setelah meninggalkan jabatannya, Ahmadinejad kembali ke rumah pribadinya di Narmak.
Pada tahun 2017, terdengar kabar bahwa Ahmadinejad berencana untuk kembali mencalonkan diri dalam pemilihan presiden Iran, namun niatnya akhirnya digagalkan oleh diskualifikasi.
Pada bulan Januari 2018, dia dilaporkan ditangkap oleh otoritas Iran karena dianggap memprovokasi protes dan demonstrasi dengan pernyataannya. Dia dikabarkan dijadikan tahanan rumah atas perintah pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Dengan jas sobeknya yang menjadi ikon, Mahmoud Ahmadinejad telah meninggalkan jejak kontroversial dalam sejarah kepemimpinan Iran.
Meskipun demikian, kisahnya sebagai Presiden Iran akan terus menjadi subjek pembicaraan yang menarik dalam politik dan sejarah.
KOMENTAR