* Perjuangan bersifat lokal dan tidak serentak. Setiap daerah berjuang sendiri-sendiri, sehingga mudah dipecah belah oleh penjajah.
* Persenjataan yang kalah. Para pejuang menggunakan senjata tradisional seperti bambu runcing dan golok, sedangkan penjajah memiliki senjata modern yang lebih canggih.
* Kepemimpinan yang terpusat pada tokoh karismatik. Ketika pemimpinnya gugur, perjuangan rakyat menjadi kocar-kacir.
* Perjuangan yang sporadis dan musiman. Perlawanan tidak dilakukan secara berkelanjutan dan terencana.
* Politik adu domba (devide et impera) yang efektif. Penjajah dengan mudah mengadu domba rakyat dan mematahkan semangat perlawanan.
Akibat faktor-faktor tersebut, perlawanan di berbagai daerah selalu gagal dan dapat diberantas oleh penjajah.
Pada masa itu, rakyat belum memiliki tujuan yang sama untuk kemerdekaan Indonesia, melainkan hanya ingin mengusir penjajah dari daerahnya masing-masing.
Kedatangan Bangsa-Bangsa Eropa
Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang datang ke Indonesia. Sebelumnya, mereka telah menaklukan Malaka pada tahun 1509.
Dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque, Portugis berhasil menguasai Malaka pada 10 Agustus 1511.
Dari Malaka, Portugis bergerak ke Madura dan Ternate dengan tujuan utama untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah.
Baca Juga: Penyebab Utama dari Dilakukannya Pemberontakan PETA di Blitar
KOMENTAR