Penyebab Utama dari Dilakukannya Pemberontakan PETA di Blitar

Ade S

Editor

Daidan PETA di Blitar. Artikel ini menjelaskan penyebab utama dari dilakukannya pemberontakan PETA di Blitar pada tahun 1945 melawan penjajah Jepang.
Daidan PETA di Blitar. Artikel ini menjelaskan penyebab utama dari dilakukannya pemberontakan PETA di Blitar pada tahun 1945 melawan penjajah Jepang.

Intisari-Online.com -Pemberontakan PETA di Blitar adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Pemberontakan ini menunjukkan bahwa rakyat Indonesia tidak mau tunduk kepada Jepang.

Lalu, apa yang menjadi penyebab utama dari dilakukannya pemberontakan PETA di Blitar?

Mari kita simak penjelasannya dalam artikel ini.

Latar Belakang Pemberontakan PETA di Blitar

Melansir Kompas.com, pemicu pemberontakan adalah sebuah insiden setelah latihan militer. Pada sore hari, anggota Daidan Blitar baru saja selesai latihan.

Tiba-tiba mereka mendengar teriakan para petani. Petani ditekan untuk menjual padinya kepada kumiai (organisasi pembeli padi) melebihi kuota yang ditetapkan.

Akibatnya, padi yang tersisa untuk kebutuhan keluarga mereka tidak cukup. Mereka menghadapi ancaman kelaparan.

Para tentara PETA juga mengetahui bahwa Jepang memerintahkan pembelian telur dalam jumlah besar dengan harga murah untuk tentara PETA. Padahal mereka sendiri tidak pernah mendapatkan telur.

Kemarahan tentara PETA bertambah ketika mereka diperintahkan untuk mengawasi pekerjaan para romusha membangun benteng di Pantai Selatan.

Baca Juga: Tepat Di Hari Valentine 1945, Pemberontakan PETA Meledak Di Blitar, Sosok Pemimpinnya Dicari-cari Hingga Sekarang

Mulai dari pagi hingga sore, para romusha dikerahkan untuk bekerja keras tanpa makan dan tanpa gaji.

Makanan dan bantuan kesehatan sangat kurang sehingga setengah dari mereka sakit dan mati dalam waktu singkat.

Pada akhir 1944, jumlah penduduk laki-laki di desa-desa sekitar mereka menurun sehingga digantikan oleh romusha perempuan.

Para perempuan juga mengalami kekejaman dan menjadi korban. Korban romusha perempuan lebih banyak daripada romusha laki-laki.

Penderitaan rakyat menumbuhkan rasa nasionalisme dan kepedulian dari para tentara PETA Blitar.

Subjudul: Tujuan Pemberontakan PETA di Blitar

Pada 1944 hingga 1945, para pemuda Indonesia yang bergabung dengan PETA sudah mengetahui bahwa Jepang semakin kalah dalam Perang Pasifik melawan Sekutu.

Oleh karena itu, mereka menyadari bahwa kemerdekaan Indonesia sudah dekat.

Para prajurit PETA kemudian memulai gerakan untuk menyerang Jepang dan merebut kemerdekaan Indonesia.

Revolusi menuju kemerdekaan Indonesia pun menjadi tujuan dari Pemberontakan PETA di Blitar.

Supriyadi juga menegaskan bahwa tujuan perlawanan PETA terhadap Jepang adalah untuk merebut kemerdekaan.

Baca Juga: Pimpin PETA Melawan Jepang, Supriyadi Tetiba Raib Saat Hendak Dilantik Sebagai Panglima ABRI Pertama

Untuk membangkitkan semangat kemerdekaan tentara PETA, salah seorang pemimpin PETA Blitar, Shodanco Suparjono, sering mengajak bawahannya untuk menyanyikan Indonesia Raya dan Di Timur Matahari.

Pada hari pemberontakan, Shodanco Partoharjono mengibarkan bendera Merah Putih di sebuah lapangan besar.

Selain itu, salah seorang Bhudancho PETA merobek poster bertuliskan “Indonesia Akan Merdeka” dan menggantinya dengan tulisan “Indonesia Sudah Merdeka!”.

Pemberontakan PETA di Blitar adalah salah satu perlawanan terbesar yang dilakukan oleh rakyat Indonesia terhadap Jepang.

Pemberontakan ini menunjukkan bahwa penyebab utama dari dilakukannya pemberontakan PETA di Blitar adalah semangat nasionalisme dan keinginan untuk merdeka.

Meskipun pemberontakan ini akhirnya dapat dipadamkan oleh Jepang, tetapi pemberontakan ini telah memberikan inspirasi dan motivasi bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia selanjutnya.

Baca Juga: Sejarah Hari Peringatan Pemberontakan PETA di Blitar Terhadap Jepang

Artikel Terkait