Selama bekerja sama dengan Belanda, Teuku Umar juga tetap menjalin komunikasi dengan para pejuang Aceh lainnya, seperti Teuku Panglima Polem Muhammad Daud.
Ia juga sering mengirimkan surat-surat rahasia kepada Sultan Aceh untuk melaporkan situasi dan rencana perlawanan.
Setelah lebih kurang sembilan tahun berpura-pura menjadi antek Belanda, Teuku Umar akhirnya memutuskan untuk kembali berpihak pada rakyat Aceh.
Pada tanggal 26 Januari 1899, Teuku Umar bersama istrinya, anaknya, dan 400 orang pasukannya melarikan diri dari markas Belanda di Meulaboh.
Mereka membawa serta 800 pucuk senjata, 25.000 peluru, 5 kilogram amunisi, dan uang 18 ribu dolar yang mereka dapatkan dari Belanda.
Dengan persenjataan lengkap tersebut, Teuku Umar berhasil melumpuhkan pasukan Belanda yang mengejarnya.
Belanda mengalami kerugian besar dengan tewasnya 25 orang prajurit Belanda dan 190 orang luka-luka.
Teuku Umar juga berhasil merebut pos pertahanan Belanda di Meulaboh dan mengibarkan bendera Aceh di sana.
Aksi Teuku Umar ini menggemparkan dunia dan membuat Belanda marah besar.
Belanda merasa dikhianati oleh Teuku Umar dan menargetkan Teuku Umar sebagai buronan utama.
Sayangnya, perjuangan Teuku Umar tidak berlangsung lama. Pada tanggal 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur dalam pertempuran mendadak melawan pasukan Belanda di pinggiran Meulaboh.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR