Dalam sambutannya, Anies Baswedan berterima kasih dan menghargai pengembalian tongkat Diponegoro yang biasa digunakan untuk berziarah itu.
Menurut dia, figur Diponegoro digambarkan cukup rinci dalam buku sejarah dibandingkan dengan para tokoh lain.
Pangeran ini mengobarkan semangat melawan kolonialisme lewat perang, yang memunculkan narasi pada masanya dan masa berikutnya.
Pameran ”Aku Diponegoro” membangkitkan kesadaran terhadap sosok dan peran pahlawan itu.
Semangat ini diharapkan menular kepada generasi muda Indonesia. Pengunjung juga bisa menikmati ekspresi seni dari peristiwa sejarah tersebut, termasuk lukisan Raden Saleh (tentang penangkapan Diponegoro).
”Pada Juni 2013, UNESCO mengakui naskah kuno Babad Diponegoro, yang ditulis Diponegoro sendiri, sebagai warisan ingatan dunia. Dunia mengakui Diponegoro. Kita berharap bisa mengenal lebih jauh. Karya Raden Saleh juga punya peran di Eropa,” kata Anies.
Apa cerita yang menarik terkait tongkat Pangeran Diponegoro itu?
Peter Carey, sejarawan Inggris yang memang sangat fokus terhadap kajian-kajian Diponegoro, bilang, tongkat tersebut diperoleh Pangeran dari warga pada sekitar 1815.
Artinya, tongkat itu diperoleh Pangeran Diponegoro sebelum Perang Jawa yang bikin Belanda senewen itu.
Perang Jawa atau Perang Diponegoro sendiri terjadi pada 1825 hingga 1830.
Tongkat itu lantas digunakan semasa menjalani ziarah di daerah Jawa selatan, terutama di Yogyakarta.
"Penyerahan (tongkat itu ke Indonesia) dirahasiakan sesuai permintaan keluarga yang menyimpan pusaka tongkat Diponegoro tersebut di Belanda,” kata Peter.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR