Ia pernah belajar di Mekah dan Madinah, dan setelah kembali ke tanah air, ia mengajarkan agama Islam kepada masyarakat Banjar.
Kemudian juga menulis beberapa kitab yang terkenal, seperti Sabil Al-Muhtadin, Khaz Al-Ma'rifah, dan Fiqh Al-Muqarrin.
Kitab-kitab ini menjadi rujukan bagi umat Islam di Nusantara, khususnya di Kalimantan.
Masa Kemunduran dan Akhir Kesultanan Banjar
Kesultanan Banjar mulai mengalami kemunduran pada abad ke-18 Masehi, akibat dari campur tangan Belanda yang ingin menguasai perdagangan lada.
Belanda, yang datang berhasil mempengaruhi beberapa pihak di dalam istana untuk menandatangani perjanjian yang merugikan Kesultanan Banjar.
Perjanjian ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat Banjar, yang merasa dirugikan oleh kebijakan Belanda.
Maka, terjadilah perlawanan-perlawanan terhadap Belanda, yang dikenal sebagai Perang Banjar. Perang Banjar berlangsung selama lebih dari satu abad, dari tahun 1757 hingga 1863.
Perang Banjar melibatkan berbagai tokoh pejuang, seperti Pangeran Antasari.
Perang Banjar berakhir dengan kekalahan Kesultanan Banjar, yang akhirnya ditaklukkan oleh Belanda pada tahun 1863.
Belanda membubarkan Kesultanan Banjar dan mengubahnya menjadi wilayah kekuasaan Hindia Belanda.
Sultan Banjar terakhir, Sultan Muhammad Seman, yang merupakan putra Pangeran Antasari, sekaligus raja terakhir Kesultanan Banjar, sebelum dibubarkan Belanda.
Dengan demikian, berakhirlah sejarah Kesultanan Banjar, kerajaan di Kalimantan Selatan yang dianggap paling berjaya.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR